MENINGKATKAN ETIKA PENYAMPAIAN PENDAPAT PADA KOMPETENSI PELAKSANAAN DEMOKRASI DI KELAS VIII-A SMP NEGERI 3 MEDAN MELALUI METODE CTL

MAHARANI , S.Pd

NIP: 19630311 198501 dua 004

BIDANG STUDI:  PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Sekolah Menengah pertama NEGERI 3 MEDAN

ABSTRAK

Ketika pembelajaran PKN kompetensi dasar menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan  Demokrasi dalam berbagai kehidupan, Peneliti mengamati etika penyampaian pendapat para siswa kelas VIII rendah. Kemudian Peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas  yang bertujuan untuk meningkatkan etika penyampaian pendapat dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Contextual Teaching and Learning di kelas VIII-A SMP Negeri 3 Medan sebagai subjek penelitian. Penelitian dilakukan dua siklus dengan pengamatan menggunakan instrument daftar chek dan catatan lapangan. Kegiatan proses belajar yang diamati terdiri dari 7 indikator yaitu Mengetahui aturan/etika penyampaian pendapat dalam bermusyawarah, Membuat rencana pendapat yang akan disampaikan pada narasumber, Mampu menyampaikan pendapat pada narasumber dengan baik dan benar, Menghargai dan menghormati pendapat orang lain, Menerima keputusan musyawarah, Bertanggungjawab pada keputusan musyawarah dan  Hasil belajar tuntas. Pada kondisi awal satu indikator memenuhi kriteria cukup dan 6 indikator kriteria kurang. Pada tindakan siklus satu terjadi peningkatan 3 indikator memenuhi criteria cukup dan 4 indikator kriterianya kurang. Etika penyampaian pendapat dan hasil belajarpun ada peningkatan. Pada tindakan siklus dua  setiap indikator telah meningkat. 6 indikator memenuhi kriteria baik dan 1 indikator kriterianya cukup. Etika siswa menghargai dan menghormati pendapat orang lain kondisi awal 8,33%, siklus satu 66,76% dan pada siklus dua menjadi 87,50%. Ketuntasan /hasil belajar  meningkat juga. Jika pada kondisi awal 70,83%, tindakan siklus satu 79,18% dan pada siklus dua mencapai 100%. Dari data hasil penelitian disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode CTL dapat meningkatkan etika penyampaian pendapat dan hasil belajar pada kompetensi pelaksanaan demokrasi di kelas VIII-A SMP Negeri 3 Medan.

Kata Kunci: PTK, PKN, Etika Penyampaian Pendapat, CTL.

"Improving the Delivery of Ethics Competency Implementation Opinions On Democracy In Class VIII-A SMP Negeri 3 Medan  Methods Through CTL"

M A H A R A N I, S. Pd

Subjects Citizenship Education Teachers SMP Negeri 3 Medan

City of Medan North Sumatra Province.

ABSTRACT

When learning basic competencies PKN showed positive attitudes towards the implementation of democracy in a variety of life, researchers looked at the ethical delivery of the opinion of the lower class VIII student. Then the researchers conducted a Classroom Action Research that aims to improve the delivery of ethics opinions and student learning outcomes by using the method of Contextual Teaching and Learning in class VIII-A SMP Negeri 3 Medan as a research subject. The study was conducted two cycles with the observations using the instrument check list and field notes. Learning activities were observed consisting of seven indicators that is knowing the rules / ethics submission of opinion in the deliberations, to build a plan that will be delivered the opinion of the speaker, able to deliver opinions on sources properly, Appreciate and respect the opinions of others, accept the decision deliberation, Responsible on the deliberations and results of studying the decision thoroughly. At the initial conditions of the indicators meet the criteria sufficiently and 6 indicators less criteria. In the act of an increase in cycle 1 3 indicators meet the criteria sufficiently and 4 indicators for the criteria is less. Ethics delivery and outcomes of studying opinion there is an increase. In the second cycle of action of each indicator has increased. 6 indicators meet the criteria of a good and sufficient criteria indicators. Ethics students appreciate and respect other people's opinions initial condition 8.33%, 66.76% of the cycle and the cycle of two to be 87.50%. Exhaustiveness / results  of studying increase as well. If the initial condition of 70.83%, 79.18% of the action cycle and the cycle two to be 100%. From the data of the study concluded that by using CTL method can improve the ethical delivery of opinion on competences and learning outcomes implementation of democracy in class VIII-A SMP Negeri 3 Medan.

Keywords : PTK, PKN, Ethics Submission Consultation, CTL.

I. PENDAHULUAN

A.  L atar B elakang

          Pada era reformasi dewasa ini, kehidupan Demokrasi dirasakan semakin baik karena dijamin oleh Negara melalui UUD 1945 pasal 28. Ormas, Orsospol/Parpol, LSM dan berbagai Media dijadikan  sarana untuk menyalurkan aspirasi, mengontrol dan mengawasi Penyelenggara Negara yang duduk di Legislatif, Eksekutif maupun Yudikatif. Kritik dan saran rakyat melalui sarana tersebut dijadikan penilaian atas kinerja Penyelenggara Negara, apakah sudah berjalan secara demokratis sesuai dengan mekanisme dan perundang-undangan.

Kebebasan menyampaikan  pendapat sangat positif dan membangun. Namun bila dilakukan tanpa etika, non demokratis, bertentangan dengan mekanisme dan perundang-undangan yang ada akan menimbulkan masalah baru seperti: kemacetan, pembakaran, penjarahan, perusakan (destruktif), kekerasan hingga pembunuhan (anarkhis). Sebagai contoh aspirasi masyarakat Tapanuli berupa tuntutan  pembentukan Propinsi Tapanuli yang disampaikan di lembaga Legislatif Daerah Sumatera Utara, semula bertujuan baik , namun akhirnya berakibat anarkhis yaitu terbunuhnya Ketua DPRD Propinsi Sumatera Utara Drs.H.Abdul Azis Angkat 3 Februari 2009 lalu. Hal ini sangat memalukan masyarakat Sumut dan mencoreng kepribadian/ karakter bangsa Indonesia.

Bercermin dari kejadian itu perlu ditanamkan etika penyampaian pendapat yang benar sedini mungkin kepada generasi muda khususnya siswa SMP melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dimana siswa diwajibkan menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan  Demokrasi dalam berbagai kehidupan (K.D. 4.3)). Untuk mencapai tujuan pembelajaran digunakan strategi pengajaran yang tepat agar  etika menyampaikan pendapat dan hasil belajarnya meningkat.

Pada proses pembelajaran pelaksanaan demokrasi teramati para siswa  kelas VIII  SMP Negeri 3 Medan ketika bermusyawarah  :(1) pengetahuan siswa tentang etika penyampaian pendapat rendah. (2) siswa kurang mampu menyampaikan pendapatnya secara baik, benar dan bertanggung jawab. (3) metode kurang tepat. (4) siswa kurang mampu berinteraksi dengan narasumber. (5) Siswa cepat bosan, kuper karena belajar hanya sekedar tahu/ learning to know. (6) Ketuntasan belajar masih di bawah KKM.

Hasil evaluasi yang diamati Peneliti menunjukkan bahwa siswa yang belajar tuntas dan memperoleh nilai 75-100 rata-rata 71%, siswa yang belajarnya tidak tuntas dan memperoleh nilai  0-74 rata-rata 29%. Sedangkan KKM Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 3 Medan  adalah 75 % untuk seluruh siswa atau minimal nilai 75. Guru selalu melakukan Remedial.

Peneliti melakukan tindakan dengan menggunakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode CTL merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi pelajaran dengan kondisi nyata yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman nyata. Lingkungan sekitar  yang sesuai dijadikan media belajar dan masyarakat luar sekolah dijadikan model narasumber.

B. R umusan M asalah

1.      Bagaimana cara menggunakan metode CTL untuk meningkatkan Etika

penyampaian pendapat pada kompetensi pelaksanaan demokrasi bagi siswa kelas

VIII-A SMP Negeri 3 Medan?

2.      Bagaimana peningkatan etika penyampaian pendapat pada kompetensi pelaksanaan

demokrasi bagi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 3 Medan setelah menggunakan metode CTL?

C. Tujuan Penelitian

  1. Mengetahui cara menggunakan metode CTL untuk meningkatkan Etika

penyampaian pendapat pada kompetensi pelaksanaan demokrasi bagi siswa kelas

VIII-A SMP Negeri 3 Medan.

  1. Untuk mengetahui peningkatan etika penyampaian pendapat pada kompetensi pelaksanaan demokrasi bagi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 3 Medan setelah menggunakan metode CTL

II. KAJIAN PUSTAKA

  1. Hakekat Pelaksanaan  Demokrasi

Setiap warga negara harus memiliki pengetahuan kewarganegaraan yang baik.  Memiliki keterampilan secara intelektual maupun partisipatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selanjutnya pengetahuan dan keterampilan itu membentuk watak /karakter yang mapan. Sehingga menjadi sikap dan kebiasaan hidup sehari-hari yang mencerminkan warga negara yang baik, seperti sikap religius, toleran, jujur, adil, demokratis, menghargai perbedaan, menghargai pendapat orang lain, menghormati hukum, menghormati hak orang lain, memiliki semangat kebangsaan yang kuat, memiliki rasa kesetiakawanan sosial dll. BSNP (2006).

Sikap demokratis khususnya dalam menyampaikan  pendapat harus dikembangkan dalam musyawarah di kelas guna menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru dimana siswa kelas Delapan harus menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan  Demokrasi dalam berbagai kehidupan. Hidup bersama dalam masyarakat manusia selalu terbentur oleh masalah. Begitu juga para siswa dalam proses pembelajaran di kelas, kerap menghadapi permasalahan bersama yang harus mereka selesaikan secepatnya. Dalam Demokrasi Pancasila dikenal dua cara pengambilan keputusan yaitu musyawarah dan voting.

Menurut Agus Dwiyono dkk (2006) musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan  atas penyelesaian masalah bersama. Jika musyawarah tidak dapat menghasilkan keputusan bersama (kemufakatan) maka ditempuh dengan cara pemungutan suara terbanyak (voting).

Voting dapat dilaksanakan apabila:

1. Dalam musyawarah terjadi deadlock (perbedaan pendapat yang sulit dipertemukan)

2. Terbatasnya waktu saat melaksanakan musyawarah.

3. Peraturan musyawarah telah ditetapkan pengambilan keputusan dengan voting.

Menyelesaikan masalah bersama dengan musyawarah lebih diutamakan karena merupakan corak demokrasi yang telah berabad-abad dipakai dan dijalankan di Indonesia dan dicantumkan di Mukadimah UUD 1945.

B. Etika Penyampaian Pendapat.

Kebebasan menyampaikan pendapat dijamin oleh Negara berdasarkan pasal 28 UUD 1945. Namun dalam pelaksanaannya kebebasan dibatasi oleh aturan atau etika agar tidak merugikan pihak lain. Aturan/ etika  ketika proses musyawarah diantaranya (1) Musyawarah dapat dimulai bila sudah quorum. (2) tidak memaksakan pendapat pada orang lain. (3) harus menghargai dan menghormati pendapat orang lain. (4) memiliki itikad yang baik. (5) pendapat yang diberikan harus lahir dari hati nurani yang luhur. (6)tidak meninggalkan ruangan sebelum musyawarah selesai dan sebagainya. Sedangkan tindak lanjut atau pertanggungjawaban pendapat hasil musyawarah adalah partisipasi siswa memahami, menerima dan melaksanakan pendapat hasil musyawarah.

Penyampaian pendapat di muka umum seperti demontrasi/ unjuk rasa, pawai, rapat umum dan mimbar bebas harus memperhatikan etika moral dan kepribadian bangsa Indonesia dan mematuhi UU nomor 9 tahun 1998 dan mekanismenya. Melanggar aturan berarti melanggar hukum. Kebebasan penyampaian pendapat tanpa batas akan menimbulkan konflik sosial dan dapat merendahkan harkat dan martabat bangsa.

Banyak cara yang digunakan untuk meningkatkan etika penyampaian pendapat dalam pelaksanaan demokrasi di kelas VIII-A SMP Negeri 3 Medan dan hasil belajar siswa. Dalam kaitan ini penulis menggunakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Peneliti  berkeyakinan jika siswa dibawa ke objek lingkungan yang sesuai dengan materi dan atau narasumber didatangkan ke kelas dalam PBM Pendidikan Kewarganegaraan dapat merangsang dan meningkatkan etika penyampaian pendapat dan ketuntasan belajar siswa.

C. Metode CTL

Metode adalah cara yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. CTL atau Contextual Teaching and Learning merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi pelajaran dengan kondisi nyata.

Pembelajaran dengan cara Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. (lihat US Departement Of Education Office  Of  Vocational And Adult Education And The National School To Work Office dalam http;/www.contextual.org/19/10/2001). Dari defenisi tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode CTL adalah pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sekolah yang sesuai dengan materi pembelajaran, dijadikan laboratorium belajar dan masyarakat dijadikan sumber belajar atau narasumber.

Pembelajaran dengan menggunakan metode CTL melibatkan tujuh komponen utama. Menurut Eline (2008) komponen-komponen tersebut adalah:

  1. Constructivism, (konstrukstivisme, membangun, membentuk)
  2. Questioning (bertanya).
  3. Inquiry  (menyelidiki, menemukan)

.4.   Learning Community  (Masyarakat belajar)

.    . 5. Modelling. (pemodelan)

6.   Reflextion ( refleksi atau umpan balik)

7.  Authentic Assesment (penilaian yang sebenarnya).

Berdasarkan pemahaman tentang pengertian dan komponen pendekatan CTL maka strategi pengajaran yang dikembangkan guru melalui pembelajaran CTL adalah sebagai berikut:

  1. Pembelajaran berbasis masalah: maksudnya sebelum memulai PBM didalam kelas, siswa diminta mengobservasi suatu fenomena, mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, kemudian guru bertugas merangsang siswa untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah, mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka.
  2. Memanfaatkan lingkungan untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan diberbagai konteks lingkungan siswa antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas yang diberikan guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar diluar kelas untuk berinteraksi langsung melakukan wawancara. Sehingga siswa diharapkan memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas  belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai penguasaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan materi pembelajaran.
  1. Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat: sekolah dapat melakukan kerjasama dengan orang tua siswa,tokoh masyarakat dari legislatif, eksekutif dan yudikatif yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi nara sumber atau guru tamu dalam PBM. Hal ini penting dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung dimana siswa dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan dan mengeluarkan pendapat/perasaannya.
  2. Aktifitas kelompok: aktifitas belajar secara kelompok dapat memperluas pergaulan, meningkatkan kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu guru dapat membagi kelompok yang terdiri dari 5-8 siswa sampai dengan tingkat kesulitan penugasan.
  3. Aktifitas belajar mandiri: Peserta didik mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru, agar dapat melakukannya siswa harus lebih memperhatikan bagaimana memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh.
  4. Menerapkan penilaian autentik: penilaian autentik dalam pembelajaran CTL membantu siswa menerapkan informasi belajar dan kecakapan yang diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu.

Hal-hal yang harus dilakukan guru berkaitan dengan faktor peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran CTL menurut Arif Rahman (2009), guru seharusnya:

a.       Mengkaji konsep/teori  (materi ajar),

b.      Memahami latar belakang dan pengalaman siswa.

c.       Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal.

d.      Mengaitkan konsep atau teori dengan pengalaman siswa dan lingkungan kehidupannya.

e.       Mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman sebelumnya.

f.       Dan melakukan penilaian autentik.

Untuk melakukan strategi pembelajaran melalui CTL harus tercermin sejak dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penilaian pembelajaran. Sehubungan dengan penggunaan metode CTL dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan etika penyampaian pendapat pada pelaksanaan demokrasi di kelas VIII-A SMP Negeri 3 Medan terkait beberapa unsur yang saling berkaitan satu dengan lainnya yaitu unsur pendidik/guru, peserta didik/siswa, lingkungan dan narasumber (masyarakat).

III.  METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilaksanakan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat komponen  yaitu: Perencanaan, Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Subjek yang diamati adalah siswa kelas VIII- A SMP Negeri 3 Medan dengan jumlah 48 siswa. Beralamat di jalan pelajar nomor 69 Medan, Kota Medan Sumatera Utara pada bulan Februari-November 2010. Penerapan dalam penelitian ini diterapkam dalam Standar Kompetensi pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan (S.K.4) dan menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan (K.D.4.3).

Rancangan penelitian  menggunakan konsep aksi pada action research oleh Hopkin, yang terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus menggunakan  empat komponen tindakan yaitu, Perencanaan, Tindakan, Observasi dan Refleksi dalam suatu konsep yang saling terkait. Detail rancangan penelitian mengalami modifikasi sesuai dengan tujuan yang dicapai dijelaskan pada bagan di halaman berikut ini.

BAGAN SIKLUS

Siklus I                                                                    Siklus II

                     RENCANA                                                             RENCANA

  REFLEKSI                     TINDAKAN                   REFLEKSI                      TINDAKAN

                 PENGAMATAN                                                     PENGAMATAN

Gambar. 3.1.Konsep aksi pada action research Penelitian Tindakan Kelas

Diadopsi dari Hopkin setelah dimodifikasi.   .

1. S iklus I

a. Rencana tindakan

Pada tahap ini peneliti melakukana beberapa aktivitas yaitu, Membuat RPP, Menganalisis materi, Menyiapkan objek lingkungan yang akan dikunjungi siswa, Menyiapkan 6 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 8 orang, berkoordinasi dengan Kepala Sekolah , Petugas Perpustakaan, BP, petugas Lab. Komputer, Osis dan Lurah, Menyiapkan lembar  observasi, soal-soal postest dan soal-soal test akhir siklus satu.

b. Pelaksanaan Tindakan.

Pada tahap inplementasi pelaksanaan tindakan ini guru melakukan pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah dibuat. Penerapan metode CTL dilakukan dengan menugaskan kepada masing-masing kelompok untuk mengunjungi lingkungan yang telah disiapkan dan melakukan interaksi  dengan nara sumber yang kompeten di lingkungan tersebut.

c. Observasi

Guru/Peneliti sekaligus sebagai observator dibantu oleh guru-guru Pendidikan Kewarganegaraan lainnya melakukan observasi/pengamatan terhadap semua kejadian pada PBM untuk dijadikan acuan dalam membuat catatan (Vignette) dan pengisian lembar observasi yang telah dibuat selama proses pembelajaran musyawarah di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

d. Refleksi

Data yang diperoleh pada lembar observasi,dianalisis. Kemudian dilakukan refleksi.

2. S iklus II

Pada siklus kedua ini juga diadakan perencanaan seperti pada siklus satu yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dalam suatu konsep yang saling terkait  Hanya saja pada siklus kedua ini ada perubahan yang menuju ke arah yang lebih baik.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Untuk mengetahui hasil penelitian, langkah pertama yang dilakukan Peneliti adalah mengidentifikasi masalah melalui pengamatan proses belajar mengajar yakni rendahnya etika penyampaian pendapat siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 3 Medan tahun 2010. Proses pengamatan dilakukan dengan menggunakan daftar chek dan catatan lapangan. Untuk menilai hasil evaluasi peneliti melakukan ulangan-ulangan harian. Sedangkan observasi dilakukan dengan menggunakan daftar chek list dengan kriteria persentase baik  (86-100), cukup (75-85) dan kurang (0-74). Hasil observasi pada kondisi awal terlihat sebagai berikut:

                                               Hasil observasi kondisi awal

Nomor

Aspek yang diamati

Jumlah siswa yang mengalami peningkatan

Persentase

(%)

1

Mengetahui aturan/etika penyampaian pendapat dalam bermusyawarah

24

50,00

2

Membuat rencana pendapat yang akan disampaikan pada narasumber.

20

41,67

3

Mampu menyampaikan pendapat pada narasumber dengan baik dan benar.

10

20,83

4

Menghargai dan menghormati pendapat orang lain

4

8,33

5

Menerima keputusan musyawarah.

40

83,33

6

Bertanggungjawab pada keputusan musyawarah.

22

45,83

7

Hasil belajar tuntas.

34

70,83

Data yang diperoleh melalui hasil observasi pada kondisi awal terlihat hanya satu aspek yang diamati memenuhi kriteria cukup yaitu menerima keputusan musyawarah 83,33%. Sedangkan enam  aspek lagi yang diamati termasuk dalam kriteria kurang. Yakni Mengetahui aturan/etika penyampaian pendapat dalam bermusyawarah 50%, Membuat rencana pendapat yang akan disampaikan pada narasumber 41,67%, Mampu menyampaikan pendapat pada narasumber dengan baik dan benar 20,83%, Menghargai dan menghormati pendapat orang lain 8,33%, Bertanggungjawab pada keputusan musyawarah 45,83% dan Hasil belajar tuntas 45,83%. Kemudian peneliti melakukan refleksi dengan melakukan tindakan siklus I melalui penggunaan metode CTL.

S iklus I

Tindakan siklus satu ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penyajian masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan.

Pada perencanaan langkah-langkah yang dilakukan meliputi;

1). Membuat instrumen pembelajaran: skenario pembelajaran tentang bagaimana menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan (KD.4.3) yang akan diajarkan sesuai model pembelajaran, membuat lembar evaluasi posttest pada akhir pembelajaran dan soal-soal test harian yang akan diberikan pada akhir siklus I serta menyiapkan lembar pengamatan/observasi.

2). Membagi kelas VIII-A menjadi 6 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 8 orang, masing-masing kelompok harus memiliki ketua, sekretaris dan anggota yang telah mereka sepakati bersama.

3). Menyiapkan objek lingkungan dan Narasumber yang kompeten untuk ditemui dan dikunjungi masing-masing kelompok siswa, melakukan koordinasi dan membuat kesepakatan bersama demi tercapainya tujuan proses belajar mengajar. Kelompok 1 ditugasi mengunjungi lingkungan kantor kepala sekolah SMP Negeri 3 Medan. Kelompok 2 ditugasi mengunjungi lingkungan Perpustakaan. Kelompok 3 ditugasi mengunjungi kantor BP. Kelompok 4 ditugasi mengunjungi lingkungan laboratorium computer. Kelompok 5 ditugasi mengunjungi lingkungan OSIS SMP Negeri 3 Medan. Kelompok 6 ditugasi mengunjungi lingkungan kantor lurah Kelurahan Teladan Timur.

4). Menyiapkan observer untuk menyeragamkan persepsi terhadap lembar pengamatan/observasi yang akan digunakan, membantu peneliti mengamati kemajuan kemampuan siswa mengeluarkan pendapat dalam musyawarah di lingkungan yang telah direncanakan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru, membantu peneliti melakukan pendokumentasian setiap kegiatan yang akan dilaksanakan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.

b. Pelaksanaan.

Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan scenario (panduan perencanaan) pembelajaran. Pada siklus I ini kegiatan guru diawali dengan melakukan pre test kepada seluruh siswa kelas VIIIA. Soal-soal pre test sama dengan soal-soal post test yang telah dibuat sebelumnya selama sepuluh menit. Kemudian guru memberikan pengarahan tentang bagaimana menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan, misalnya dengan menggunakan hak kebebasan menyampaikan pendapat dalam musyawarah dan dasar hukum yang mengaturnya. Seterusnya guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok untuk diselesaikan dan hasilnya dilaporkan kepada guru untuk dipresentasikan di depan kelas. Tugas yang harus diselesaikan masing-masing kelompok adalah tentang: 1). Tugas pokok dan fungsi masing-masing narasumber di lingkungan yang dikunjungi. 2). Dasar hukum pelaksanaan tugas pokok dan fungsi. 3). Hambatan-hambatan yang dialami dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. 4). Solusi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi. 5). Rencana ke depan demi kemajuan.

Penerapan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dilakukan dengan menugaskan kepada masing-masing kelompok untuk mengunjungi lingkungan yang telah disiapkan untuk berinteraksi dengan narasumber yang kompeten guna menjawab tugas yang diberi guru dengan bermusyawarah di lingkungannya. Setiap kelompok yang melakukan kunjungan ke lingkungan yang dihunjuk didampingi guru/peneliti sebagai pemandu, fasilitator dan motivator serta observer untuk membantu guru/peneliti mengamati proses pembelajaran dan mencatatnya dalam lembar observasi. Membantu guru melakukan pendokumentasian semua kegiatan proses pembelajaran.

Setelah masing-masing kelompok selesai melakukan kunjungan ke lingkungan yang di hunjuk, guru melakukan klarifikasi konsep dengan mempresentasikannya di depan kelas oleh masing-masing perangkat kelompok. Setelah itu dilanjutkan dengan post test untuk mengetahui hasil pembelajaran dan diakhiri dengan evaluasi/ ulangan harian untuk mengetahui hasil pelaksanaan siklus I.

 c. Observasi

Dari hasil pengamatan, suasana pembelajaran masing-masing kelompok di tempat yang dikunjungi, siswa bebas mengemukakan pendapatnya tentang objek yang ingin diketahuinya sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Karena berinteraksi langsung dengan narasumber yang kompeten di bidangnya, siswa bebas mengaktualisasikan diri secara menyenangkan sesuai dengan kondisi nyata mereka. Dari data observasi yang diperoleh dimasing-masing lingkungan yang dikunjungi kelompok siswa secara keseluruhan menunjukkan adanya perubahan untuk aspek-aspek yang diamati, seperti terlihat di bawah ini:

Hasil observasi siklus I

Nomor

Aspek yang diamati

Jumlah siswa yang mengalami peningkatan

Persentase

(%)

1

Mengetahui aturan/etika penyampaian pendapat dalam bermusyawarah

34

70,83

2

Membuat rencana pendapat yang akan disampaikan pada narasumber.

35

72,92

3

Mampu menyampaikan pendapat pada narasumber dengan baik dan benar.

34

70,83

4

Menghargai dan menghormati pendapat orang lain

32

66,76

5

Menerima keputusan musyawarah.

40

83,33

6

Bertanggungjawab pada keputusan musyawarah.

40

83,33

7

Hasil belajar tuntas.

38

79,18

Dari data siklus pertama ini diperoleh peningkatan tiga aspek memenuhi kriteria cukup yaitu : Menerima keputusan musyawarah 83,33%), Bertanggungjawab pada keputusan musyawarah 83,33% meningkat 37,50% dari kondisi awal, Hasil belajar tuntas 79,18% meningkat 8,35% dari kondisi awal.  Empat aspek lagi yang diamati sudah ada peningkatan tetapi masih dalam kriteria kurang yaitu Mengetahui aturan/etika penyampaian pendapat dalam bermusyawarah kondisi awal 50,00%  menjadi 70,83 %  meningkat 20,83%. Membuat rencana pendapat yang akan disampaikan pada narasumber kondisi awal 41,67% menjadi 72,92% meningkat 31,25%, Mampu menyampaikan pendapat pada narasumber dengan baik dan benar kondisi awal 20,83% menjadi 70,83% meningkat 50,00%. Menghargai dan menghormati pendapat orang lain kondisi awal 8,33% menjadi 66,76% meningkat 58,43%.

Kejadian-kejadian khusus selama kegiatan pembelajaran tercatat sebagai berikut, bahwa data deskriptif tentang hal-hal khusus yang terjadi atau teramati selama kegiatan proses belajar mengajar pada siklus I siswa lebih beretika saat penyampaian pendapat, terencana, aktif, bersemangat di hadapan narasumber dibandingkan pada kondisi awal. Waktu kegiatan sesuai dengan waktu yang disediakan.

d. Refleksi

Data kuantitatif hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan selama proses pembelajaran di ruang kepala sekolah SMP Negeri 3 Medan, perpustakaan, ruang BP, ruang laboratorium computer, ruang OSIS, dan kantor Lurah Kelurahan Teladan Timur dianalisis. Data tersebut dianalisis dengan teknik hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran secara deskriptif menggunakan persentase.

Selama proses pembelajaran berlangsung terlihat siswa lebih aktif, lebih semangat dan ketuntasan belajar meningkat namun ada 16 siswa belum dapat menghargai dan menghormati pendapat orang lain, 10 siswa belum tuntas belajarnya sehingga kepada mereka ini guru memberikan bimbingan ekstra guna memotivasi kemampuan intelektual dan etika penyampaian pendapat.

Masalah-masalah yang timbul adalah etika penyampaian pendapat, ketuntasan belajar siswa ada peningkatan namun belum mencapai hasil yang memuaskan sesuai dengan tujuan proses belajar mengajar. Karena keberhasilan belum mencapai kriteria yang diharapkan pada setiap aspek yang diamati, maka peneliti melakukan refleksi dengan melakukan tindakan kelas pada siklus II.

S iklus II

Tindakan pada siklus II ini juga terdiri dari perencanaan, pelaksanaan. Observasi dan refleksi dalam satu konsep yang saling terkait. Bedanya pada siklus kedua ini ada perubahan yang mengarah pada hal-hal yang lebih baik jika dibandingkan dengan tindakan kelas pada siklus I.

a. Perencanaan

Dengan memperhatikan hasil refleksi yang terjadi pada siklus satu,

maka  perencanaan yang dilakukan pada siklus dua ini adalah sebagai berikut:

1). Membuat instrumen pembelajaran: skenario pembelajaran tentang bagaimana menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan (KD.4.3) yang akan diajarkan sesuai model pembelajaran, membuat lembar evaluasi pretest dan posttest dan soal-soal test harian yang akan diberikan pada akhir siklus II serta menyiapkan lembar pengamatan/ observasi.

2). Menyiapkan seorang tokoh masyarakat dalam hal ini seorang anggota legislativ daerah sebagai narasumber dalam proses pembelajaran dan membuat kesepakatan untuk saling memberi dan menerima.

3). Menyiapkan Observer untuk penyeragaman persepsi terhadap lembar observasi yang akan digunakan saat mengamati etika siswa dalam menyampaikan pendapatnya dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.

 b. Pelaksanaan

Pada siklus II ini guru melaksakan pembelajaran di dalam kelas sesuai skenario dan panduan perencanaan yang telah dibuat. Setelah menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan pretest selama sepuluh menit. Pada siklus ini guru memberikan pengarahan bagaimana menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan diantaranya dengan menggunakan hak kebebasan menyampaikan pendapat baik, benar dan bertanggungjawab guna menyelesaikan masalah bersama.

Untuk meningkatkan etika penyampaian pendapat pada siswa kelas VIII-A, guru menerapkan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan menghadirkan tokoh masyarakat seorang anggota legislativ daerah sebagai model untuk dijadikan narasumber. Suasana kelas yang sebelumnya formal dirobah seperti sedang malakukan musyawarah di kelas untuk membahas masalah yang sedang dihadapi bersama. Guru memberikan topik bahasan sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai, kemudian siswa menindak lanjuti dengan berinteraksi langsung kepada narasumber yang kompeten tersebut.

Observer mengamati proses pembelajaran dan mencatatnya dalam lembar observasi. Guru/peneliti sebagai fasilitator dan motivator juga bertindak sebagai moderator yang dalam melaksanakan tugasnya juga sambil mencatat semua kejadian dan kemajuan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah kegiatan musyawarah bersama narasumber selesai, dilakukan klarifikasi konsep untuk menghindari miskonsepsi. Kemudian dilanjutkan dengan posttest untuk mengetahui  hasil pembelajaran dan diakhiri dengan ulangan harian untuk mengetahui hasil tindakan pada siklus II.

 c. Observasi

Hasil pengamatan suasana pembelajaran  menggunakan metode CTL dengan menghadirkan narasumber yang kompeten di kelas VIII-A sebagian besar siswa termotivasi untuk menyampaikan pendapatnya. Siswa bebas mengaktualisasikan diri, bersemangat dan belajar jadi sangat menyenangkan. Dari data observasi yang diamati dan dari hasil posttest serta hasil ujian harian siklus II ini secara keseluruhan kemampuan siswa menunjukkan adanya perubahan yang sangat memuaskan untuk aspek-aspek yang diamati seperti terlihat di bawah ini :

                                                Hasil observasi siklus II

Nomor

Aspek yang diamati

Jumlah siswa yang mengalami peningkatan

Persentase

(%)

1

Mengetahui aturan/etika penyampaian pendapat dalam bermusyawarah

42

87,50

2

Membuat rencana pendapat yang akan disampaikan pada narasumber.

46

95,83

3

Mampu menyampaikan pendapat pada narasumber dengan baik dan benar.

42

87,50

4

Menghargai dan menghormati pendapat orang lain

46

95,83

5

Menerima keputusan musyawarah.

47

97,92

6

Bertanggungjawab pada keputusan musyawarah.

40

83,33

7

Hasil belajar tuntas.

48

100,00

Dari data siklus II diketahui bahwa ke-tujuh aspek yang diamati di kelas VIII A SMP Negeri 3 Medan mengalami peningkatan dan telah memenuhi kriteria yang diharapkan. Enam aspek yang diamati telah menunjukkan kriteria baik. Yaitu Mengetahui aturan/etika penyampaian pendapat dalam bermusyawarah 87,50%  meningkat 16,67% dari siklus 1, Membuat rencana pendapat yang akan disampaikan pada narasumber 95,83% meningkat 22,91% dari siklus 1, Mampu menyampaikan pendapat pada narasumber dengan baik dan benar 87,50% meningkat 16,67% dari siklus 1, Menghargai dan menghormati pendapat orang lain 95,83% meningkat 29,07% dari siklus 1, Menerima keputusan musyawarah 97,92% meningkat 14,59% dari siklus 1 dan Hasil belajar tuntas 100% meningkat 20,83% dari siklus 1. Satu aspek menunjukkan kriteria cukup yakni Bertanggungjawab pada keputusan musyawarah 83,33%

.

Catatan kejadian khusus selama kegiatan pembelajaran sebagai berikut, bahwa data deskriptif tentang hal-hal khusus yang terjadi dan teramati selama proses pembelajaran siklus II berlangsung diantaranya siswa sangat bersungguh sungguh dan bersemangat dalam pembelajaran. Siswa yang tadinya kurang beretika saat penyampaian pendapatnya dalam musyawarah dengan bimbingan guru sudah lebih beretika. Waktu kegiatan pembelajaran sesuai dengan waktu yang disediakan.

 d. Refleksi

Dari hasil observasi pada tindakan siklus II ini dapat dilihat bahwa proses belajar mengajar dengan menggunakan metode CTL di kelas VIII A SMP Negeri 3 Medan telah meningkatkan etika penyampaian pendapat dan ketuntasan hasil belajar siswa

Secara keseluruhan peningkatan kemampuan dan keberhasilan siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 3 Medan dalam proses belajar mengajar baik dari kondisi awal hingga dilakukan tindakan kelas pada siklus I dan II dapat dilihat dibawah ini :

Hasil Observasi Keseluruhan

NO

Aspek yang diamati

Kondisi Awal

Persentase

(%)

Siklus I

Jumlah siswa yang mengalami peningkatan

Persentase

Peningkatan

(%)

Siklus II

Jumlah siswa yang mengalami peningkatan

Persentase

Peningkatan

(%)

1

Mengetahui aturan/etika penyampaian pendapat dalam bermusyawarah

24

50,00

34

70,83

42

87,50

2

Membuat rencana pendapat yang akan disampaikan pada narasumber.

20

41,67

35

72,92

46

95,83

3

Mampu menyampaikan pendapat pada narasumber dengan baik dan benar.

10

20,83

34

70,83

42

87,50

4

Menghargai dan menghormati pendapat orang lain

4

8,33

32

66,76

46

95,83

5

Menerima keputusan musyawarah.

40

83,33

40

83,33

47

97,92

6

Bertanggungjawab pada keputusan musyawarah.

22

45,83

40

83,33

40

83,33

7

Hasil belajar tuntas.

34

70,83

38

79,18

48

100,00

2. Pembahasan

Metode Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi pelajaran dengan kondisi nyata yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman nyata. Lingkungan sekitar sekolah yang sesuai dengan materi pelajaran dijadikan labotorium belajar dan masyarakat luar sekolah dijadikan narasumber dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan pengamatan pada kondisi awal dan hasil observasi pada tindakan siklus satu, tindakan siklus dua dan evaluasi yang peneliti lakukan terjadi perubahan cara belajar maupun situasi belajar di kelas yang dahulunya kurang beretika dalam penyampaian pendapat, kurang mampu merencanakan pendapat yang akan disampaikan,  kurang mampu menyampaikan pendapat pada narasumber, kurang mampu menghormati pendapat orang lain, kurang dapat menerima hasil keputusan dan kurang rasa tanggungjawab terhadap  hasil musyawarah sudah dapat teratasi. Belajar di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan sekolah dan mendatangkan narasumber sebagai model dalam pembelajaran sangat memotivasi keaktifan dan kreatifitas siswa, sehingga merubah sikap dan karakter  siswa dalam belajar. Perubahan sikap dan karakter  siswa itu antara lain: siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan bersungguh-sungguh, berani bertanya dan  menyampaikan pendapat, menghargai dan menghormati pendapat orang lain, menaati aturan/ etika penyampaian pendapat dalam musyawarah, lebih hidup, lebih menyenangkan, lebih percaya diri, lebih mandiri, bebas mengaktualisasikan diri, dan siswa dapat lebih mudah memahami konsep pelajaran.

Berikut ini disajikan grafik peningkatan dua dari tujuh aspek yang diamati dalam kegiatan tindakan baik dari kondisi awal, siklus satu dan dua dilaksanakan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1.  Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, pembelajaran dengan menggunakan metode Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam pelaksanaan demokrasi pada Kompetensi Dasar menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII-A SMP Negeri 3 Medan dapat meningkatkan berbagai kemampuan siswa diantaranya sebagai berikut :

1.      Penerapan metode CTL sangat efektif untuk meningkatkan etika penyampaian pendapat pada kompetensi pelaksanaan demokrasi.

2.      Penerapan metode CTL dapat meningkatkan  berbagai kemampuan siswa seperti, kemampuan memahami, menghayati dan melaksanakan etika penyampaian pendapat ,merencanakan pendapat yang akan disampaikan, menyampaikan pendapat pada narasumber dengan baik dan benar, menghargai dan menghormati pendapat orang lain, Menerima dan melaksanakan  keputusan musyawarah. Hal ini akan membentuk watak dan karakter peserta didik yang berkepribadian pancasila dan bermartabat.

3.      Penerapan metode Contextual teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan ketuntasan/ hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi pada kondisi awal hasil belajar para siswa kelas VIII-A 70,83%, setelah dilakukan tindakan siklus 1 menjadi 79,18% dan ketika dilaksanakan siklus 2 meningkat menjadi 100,00%.

4.      Penerapan metode CTL untuk pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa mengaktualisasikan dirinya, mandiri, dalam proses belajar mengajar sehingga mudah memahami konsep pelajaran.

5.      Penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran meningkatkan kemampuan siswa berinteraksi dengan lingkungan dan masyarakat luar sekolah sehingga siswa tidak kurang pergaulan (kuper), lebih hidup/bersemangat dan belajar lebih menyenangkan.

6.      Hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk membantu guru meningkatkan keterampilan menggunakan metode yang tepat dalam proses pembelajaran.

2.  Saran

Keberhasilan penerapan metode Contextual Teaching and Learning ini dalam meningkatkan Etika penyampaian pendapat pada kompetensi pelaksanaan demokrasi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII-A SMP Negeri 3 Medan diharapkan dapat diterapkan dan dikembangkan pada mata pelajaran lain. Untuk itu peneliti menyarankan kepada:

  1. Guru

1.      Semua materi pelajaran cocok menggunakan metode CTL.

2.      Pilihlah lingkungan yang sesuai dengan materi   ajar dan dekat dengan  kelas.

3.      Guru juga harus aktif melakukan kerja sama ataupun perjanjian (MOU) dengan masyarakat luar sekolah yang kompeten untuk dijadikan narasumber.

4.      Guru  harus mempersiapkan lebih dari satu narasumber yang memiliki kompetensi yang sama sebagai cadangan.

  1. Sekolah
  1. Kepala Sekolah hendaknya  memberi dukungan penuh untuk suksesnya pelaksanaan penelitian yang dilakukan  guru/peneliti demi meningkatkan mutu pendidikan.

  1. Pihak Penentu Kebijakan
  1. Sekolah adalah Wadah utama membentuk Karakter bangsa yang beretika dan berkepribadian pancasila dalam penyampaian pendapat saat musyawarah di sekolah atau di depan umum. Oleh karena itu  kembalikan Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulum sekolah, hidupkan kembali P4 di Di lingkungan sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.

2.       Para guru Pendidikan Kewarganegaraan dewasa ini mulai kehilangan kewibawaan karena para siswa menganggap PKN tidak penting karena tidak di UN-kan. Selain itu Nilai-nilai  pancasila  dianggap tidak luhur lagi karena banyak penyelenggara negeri ini yang melanggar hukum dan memberi teladan yang buruk melalui media cetak dan elektronika.

Saya mengusulkan agar dibuatkan program  dan anggaran untuk Riset/ Penelitian tentang point 1 dan point 2 tersebut.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1.      Agus Dwiyono dkk (2006) Kewarganegaraan SMP kelas VIII, Jakarta: PT Gholia    Indonesia Printing.

2.   Arif Rohman (2009) Memahami Pendidikan Dan Ilmu Pendidikan, Yokyakarta: Laksbang Mediatama Yokyakarta.

3.   Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah, Jakarta: Depdiknas.

4.   Eline B. Johnson (2002) Contextual Teaching And Learning,What it is and why it’s Here to Stay, United States Of America; Corwin Press, Inc.Thousand Oaks, California.

5.   I Wayan Legawa (2001) CTL Sebuah Model Pembelajaran, dalam http;/www.contextual.org/19/10/2001.

6.                 6. Masnur Muslich (2009) KTSP Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Situs Pencarian Hotel Murah Terbaik Hotel.co.id Tahun 2023

Hotel.co.id situs cari hotel murah terbaik - Waktu bertandang ke sesuatu wilayah dalam rencana lawatan kerja atau berekreasi, salah satunya ...