Situs Pencarian Hotel Murah Terbaik Hotel.co.id Tahun 2023

Hotel.co.id situs cari hotel murah terbaik - Waktu bertandang ke sesuatu wilayah dalam rencana lawatan kerja atau berekreasi, salah satunya yang perlu diperhitungkan ialah hotel atau tempat penginapan.

Cari info mengenai hotel murah terbaik dapat dilaksanakan lewat situs pencarian hotel. Salah satunya situs yang sediakan database hotel terkomplet ialah situs hotel.co.id

Hotel.co.id situs cari hotel murah terbaik adalah situs yang sediakan service pencarian hotel murah terbaik dan terkomplet di semua Indonesia, bahkan juga dunia.

Situs Pencarian Hotel Murah Terbaik Hotel.co.id Tahun 2023

Dengan begitu, bila sedang lawatan kerja atau berekreasi, tidak harus kebingungan cari hotel paling dekat. Karena, melalui situs hotel.co.id dapat tampilkan info mengenai hotel yang dicari.

Lalu, apa feature dan kelebihan situs pencarian hotel ini. Bagaimanakah cara cari hotel melalui situs ini. Dan bagaimana situs ini tampilkan info mengenai hotel murah dan terbaik. Untuk ketahui jawabnya, baca info secara lengkap di bawah ini.

Hotel.co.id adalah situs yang sediakan service pencarian hotel murah terbaik yang berada di Indonesia dan dunia.

Situs ini mempunyai beberapa feature yang bisa menolong pemakai dalam cari hotel murah dan terbaik yang ada dilokasi tempat lawatan kerja atau berekreasi.

Pencarian hotel benar-benar gampang dilaksanakan melalui situs ini, karena pemakai dapat cari berdasar nama hotel yang berada di semua Indonesia bahkan juga dunia.

Selainnya lakukan berdasar nama hotel, pemakai bisa juga lakukan pencarian berdasar Negara dan Kota. Hingga pemakai dapat menyaksikan hotel apa yang ada di dalam sesuatu Negara ata kota yang dia datangi.

Menariknya, info hotel yang diperlihatkan benar-benar komplet dimulai dari nama hotel, alamat, jumlah kamar, jumlah lantai, waktu cek in dan cek out, info harga, ulasan pengunjung, sampai beberapa tempat yang bersisihan dengan hotel itu.

Tidak itu saja, situs hotel.co.id bisa tampilkan info mengenai daftar hotel terkenal atau yang kerap didatangi oleh pengunjung.

Karena ada situs hotel.co.id yang sediakan service pencarian hotel murah terbaik, benar-benar menolong untuk yang ingin cari hotel atau penginapan paling dekat.

Lalu, bagaimana hotel.co.id situs cari hotel murah terbaik tampilkan info mengenai hotel yang dicari pengunjung.

Saat sebelum tampilkan info hotel selengkapnya, hotel.co.id minta pemakai untuk masukkan nama atau alamat hotel yang dicari pada kolom yang sudah disiapkan.

Sesudah masukkan alamat atau nama hotel, seterusnya pemakai lakukan pencarian dengan mengeklik knop cari.

Sesudah lakukan pencarian, mekanisme akan tampilkan daftar nama hotel sama sesuai keyword pencarian. Dalam perincian hotel yang diperlihatkan oleh mekanisme, pemakai dapat memfilter berdasar harga dan rekam jejak hotel.

Apabila sudah temukan hotel yang dicari, pemakai langsung bisa click knop "Secara lengkap" atau nama hotel itu.

Saat ini pemakai dapat menyaksikan info mengenai hotel murah terbaik yang diperlihatkan oleh mekanisme. Info hotel yang diperlihatkan benar-benar komplet, mencakup:

Sebagai situs cari hotel murah terbaik, situs ini mempunyai beberapa feature yang bisa menolong dan mempermudah pemakai dalam cari hotel yang terdapat di semua dunia.

Berikut beberapa feature yang dipunyai situs hotel.co.id:

Feature khusus yang dipunyai hotel.co.id ialah pencarian hotel berdasar alamat dan nama hotel yang terdapat di semua dunia. Melalui feature ini, pemakai dapat cari hotel murah dan terbaik dengan mudah dan cepat.

Seterusnya, feature yang dipunyai hotel.co.id ialah dapat tampilkan daftar beberapa nama hotel yang terkenal di penjuru dunia seperti Singapura, India, Meksiko, Prancis, Rusia, dan Negara yang lain.

Ulasan mengenai hotel yang dicari sebagai info tambahan yang terpenting untuk dipahami saat cari hotel. Karena itu, hotel.co.id mendatangkan feature yang memungkinkannya pemakai memberikan ulasan atau menyaksikan pembahasan dari pengunjung hotel.

Dengan begitu, saat sebelum bertandang ke hotel yang dicari sudah tahu pengalaman beberapa orang yang telah bertandang ke hotel itu.

Selainnya tampilkan nama hotel dan info berkaitan yang lain, feature yang terdapat di dalam situs ini yakni ada peta yang ke arah hotel yang dicari.

Hingga karena ada peta itu benar-benar menolong dalam temukan lokasi hotel. Dengan demikian, tinggal sewa motor atau mobil untuk ke arah hotel itu.

Seterusnya, feature yang dipunyai situs ini ialah dapat digerakkan di beberapa basis baik piranti desktop atau mobile. Selanjutnya, untuk memakainya langsung bisa berkunjung alamat websitenya tanpa memasang program lebih dulu.

Berikut banyak kelebihan yang dipunyai hotel.co.id sebagai situs pencarian hotel, diantaranya:

Kelebihan yang dipunyai hotel.co.id ialah satu diantaranya mempunyai penampilan yang simpel. Penampilan interface yang dipunyai benar-benar simpel dan benar-benar gampang dimengerti, sekalinya yang memakainya ialah pemakai baru.

Menu yang dipunyai benar-benar gampang dimengerti dan tidak harus terhubung banyak menu untuk temukan hotel murah dan terbaik yang dicari.

Kelebihan seterusnya yang dipunyai situs ini yakni memungkinkannya pemakai cari hotel seperti yang diharapkan. Misalkan cari hotel sesuai bujet yang dipunyai dan yang bersisihan dengan tempat lokasi kerja atau wisata.

Pemakai dapat cari hotel berdasar Negara dan Kabupaten/Kota, Pada halaman awalnya ada daftar nama Negara yang dapat di-click untuk temukan nama hotel yang berada di Negara itu.

Harga jadi penting untuk dipahami saat mencari hotel. Melalui situs hotel.co.id, pemakai langsung bisa ketahui harga sewa yang dijajakan hotel.

Salah tanda untuk memandang hotel terbaik ialah disaksikan dari kualitas atau peringkat yang dipunyai hotel itu. Pemakai yang ingin cari hotel terbaik di situs ini langsung bisa menyaksikan peringkat dari hotel yang dicari.

Ketahui info detil mengenai hotel yang dicari memang penting, karenanya info itu bisa jadi pemikiran untuk pilihnya.

Melalui situs pencarian hotel.co.id, pemakai bisa ketahui info lengkat berkaitan hotel yang dicari. Meliputi semua info yang diperlukan pengunjung nama hotel, alamat komplet, jumlah kamar, waktu Cek In dan Cek Out.

Pembahasan pengunjung penting untuk dipahami saat cari hotel yang akan didatangi. Masalahnya dengan ulasan itu bisa menolong untuk ketahui servis yang diberi oleh hotel itu.

Saat cari hotel lewat situs ini, pemakai dapat ketahui pembahasan atau penilaian dari pengunjung awalnya berkaitan servis yang diberi.

Berikut langkah cari hotel murah terbaik di situs hotel.co.id:

Hotel.co.id situs cari hotel murah terbaik bisa menolong cari dan temukan hotel seperti yang diharapkan pemakai waktu bertandang ke sesuatu tempat dalam rencana lawatan kerja atau berekreasi.

Ada beragam feature yang dipunyai dimulai dari pencarian hotel, tampilkan hotel terkenal, memberikan ulasan, dan tampilkan peta yang ke arah lokasi hotel.

Kelebihan yang dipunyai sebagai situs pencarian hotel salah satunya penampilan yang simpel, multi basis, menu gampang dimengerti, tampilkan harga dan peringkat, dan tampilkan info hotel selengkapnya.

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN SALINGTEMAS Di SMA NEGERI I TANAH JAWA

Nurmaulita

SMAN I Tanah Jawa, Sumatera Utara

Abstrak

Telah dilakukan penelitian penerapan pendidikan karakter melalui pembelajaran salingtemas pada mata pelajaran Fisika di SMA Negeri I Tanah Jawa. Penelitian ini diawali dari pembelajaran fisika yang dilakukan guru selama ini kurang membiasakan siswa dalam bekerja sama sehingga kurang memiliki rasa empati terhadap sesama kawan. Untuk itu dilakukan penelitian sebagai inovasi pembelajaran dengan menerapkan pendidikan karakter agar siswa mampu berfikir kritis, logis, kreatif dan menghargai pendapat lain. Tujuan penelitian ini adalah : 1). mengetahui upaya penerapan pendidikan karakter melalui pendekatan salingtemas pada mata pelajaran fisika. 2). mengetahui hasil penerapan pendidikan karakter melalui pembelajaran salingtemas pada mata pelajaran fisika. Penelitian dilakukan dengan tiga tahapan yaitu : 1). Tahap perencanaan pengembangan dengan menyusun Silabus dan RPP berkarakter. 2). Tahap pengembangan proses pembelajaran fisika berkarakter. 3).Tahap evaluasi pendidikan karakter. Hasil penelitian ini menggambarkan : a) Kemampuan siswa memecahkan masalah dengan penalaran sains dan lingkungan mencapai rata-rata hasil belajar pada materi Teori Kinetik Gas mencapai 7.21, pada materi Termodinamika rata-rata hasil belajar mencapai 7.49. Rata-rata hasil belajar ini menunjukkan pemahaman konsep siswa dengan mengimplementasikan pendidikan karakter siswa sudah maksimal dilakukan. 2). Kemampuan siswa melakukan kegiatan penyelidikan mencapai rata-rata hasil 75.00% (Cukup baik). 3).  Kemampuan siswa melakukan kegiatan persentase mencapai 80.63% (Amat baik), dan 4). Penilaian diri dilakukan dengan maksud mengetahui “kejujuran” siswa menilai diri sendiri, serta dapat menggambarkan karakter siswa tentang menghargai keberagaman pendapat lain. Dapat disimpulkan bahwapembelajaran fisika melalui pembelajaran salingtemas dianggap berpotensi kuat dalam pembentukan karakter siswa berfikir secara kritis, logis, kreatif dan menghargai pendapat lain.

Keywords : Pendidikan Karakter, Pembelajaran Salingtemas.

Implementation of Character Education on Physics Subject by Salingtemas Learning in SMA Negeri I Tanah Jawa

Nurmaulita

SMAN I Tanah Jawa, Sumatera Utara

Abstract

Research of character education applying pass by Salingtemas learning at Physics subject  in SMA Negeri I Tanah Java has been conducted. This Research was initiated based on physics study conducted by teacher that currently less accustom student in working same until less have feel empathy to closed friend humanity. For above reason, research was conducted as innovation in learning by applying character education in order to student would have critical thinking, logical, creative and esteem other opinion. This research was aimed to : 1). knew effort of character education applying pass by Salingtemas learning in physics subject. 2). knew result of character education applying pass by Salingtemas learning in physics subject. Research is conducted with three steps that is : 1). Phase of development planning by compile syllaby and Learning Plan (RPP) with inserting character. 2). Phase of learning process development physics with character, and  3). Phase of character education evaluation. This research result depicts : a) Student ability solves the problem with logical science and environment reach the average of result learns at Kinetic theory of gases matter reach 7.21, at matter Termodinamika the average of result learns reach 7.49. The average of result learns show that understanding of student concept with implemented education of student character has been maximal conducted. 2). Student ability conducts investigation activity reaches the average of result 75.00% (Good enough). 3).  Student Ability conducts percentage activity reaches 80.63% (Fair), and 4). It-self Assessment is conducted for the purpose of know “sincerity” student of ownself value, and can depict student character about esteem diversity other opinion. It can be concluded that physics study pass by Salingtemas learning is assumed have the potency of strong in forming of student character thinking in critical, logical, creative and esteem other opinion.

Keywords : Character Education, Salingtemas Learning.

PENERAPAN  PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN SALINGTEMAS

Di Sekolah Menengah Atas NEGERI I TANAH JAWA

Nurmaulita

SMAN I Tanah Jawa, Sumatera Utara

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai perubahan kurikulum telah dirancang untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Termasuk salah satunya adalah penyelenggaraan ujian nasional yang terdiri dari pola 5 paket soal UN di tahun 2011. Pelaksanaan UN di tahun 2011 ini secara tidak langsung telah memberikan pembelajaran karakter tentang “kejujuran” di sekolah agar tidak melakukan kecurangan. Baik yang dilakukan oleh siswa, pihak sekolah maupun pihak dinas pendidikan kabupaten/kota maupun provinsi. Selain itu pemerintah juga berupaya melakukan inovasi pendidikan dengan mencanangkan pendidikan karakter yang diimplementasikan pada setiap mata pelajaran untuk dijadikan sebagai pilar kebangkitan bangsa, dan diwujudkan dalam kegiatan nyata siswa.

Banyaknya fenomena yg timbul disekitar lingkungan siswa misalnya perkelahian antar siswa, perilaku egois dan individualis murid yg tidak peduli terhadap sesama, ataupun kurangnya minat belajar anak didik menggunakan berfikir kiritis

Pembelajaran fisika selama ini dilakukan dikelas hanya berfokus pada hafalan untuk mengukur kognitif saja. Dan guru selama ini kurang membiasakan siswa bekerja sama sehingga kurang memiliki rasa empati terhadap sesama kawan. Akibatnya minat belajar siswa dalam mengembangkan sains tidak maksimal. Jika hal ini terus menerus dibiarkan, akan menghasilkan karakter siswa yang tidak memiliki rasa empati, tidak lagi saling menghormati sesama, kurang dapat berfikir kritis dan mudah berputus asa. Untuk itu dilakukan penelitian dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran fisika di kelas, menggunakan pokok bahasan untuk mengembangkan pembentukan karakter dan nilai-nilai kebaikan pada siswa melalui pembelajaran salingtemas (Sains-Lingkungan-dan Teknologi Masyarakat).

Penelitian pendidikan karakter yang telah dilakukan Andrew Milson (2000), bahwa program pendidikan karakter terbukti membawa pengaruh positip terhadap persepsi perilaku siswa, staf sekolah, dan masyarakat yang hidup dalam masyarakat dengan budaya tertentu, bahkan cenderung memperkuat peningkatan prestasi belajar siswa. Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan Darmiyati Zuchdi, dkk (2010), menunjukkan bahwa model pendidikan karakter dengan pendekatan komprehensif, yang dipadukan dengan pembelajaran bidang studi dan dilandasi pengembangan kultur sekolah, dapat meningkatkan hasil studi, kualitas karakter peserta didik, suasana sekolah yang kondusif, serta kualitas kepemimpinan kepala sekolah.

Mengacu hal tersebut diatas, perlu di lakukan penelitian dengan menerapkan pola pendidikan karakter pada pembelajaran fisika di SMA Negeri I Tanah Jawa. Adapun judul penelitian ini adalah : Penerapan Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui Pembelajaran Salingtemas Di SMA Negeri I Tanah Jawa.”

B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah pelaksanaan penerapan pendidikan karakter melalui pembelajaran salingtemas pada mata pelajaran fisika?

2.      Bagaimanakah hasil penerapan pendidikan karakter melalui pendekatan salingtemas dalam pembelajaran fisika di SMA Negeri I Tanah Jawa?

C. Tujuan Penelitian

1.      Menerapkan pendidikan karakter melalui pedekatan pembelajaran salingtemas pada mata pelajaran fisika.

2.      Memperoleh gambaran hasil pembelajaran dengan penerapan pendidikan karakter melalui pembelajaran salingtemas  pada mata pelajaran fisika.

3.      Menghasilkan model pendidikan karakter dengan pendekatansalingtemas.

D. Manfaat Penelitian

1.      Mengembangkan pola pendidikan karakter pada pembelajaran fisika.

2.      Mengintegrasikan pola pendidikan karakter pada mata pelajaran fisika.

3.      Menghasilkan model pendidikan karakter dengan pendekatan salingtemas.

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Pentingnya Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah merupakan upaya yang terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik memiliki system berfikir, nilai moral dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya untuk dikembangkan kearah yang sesuai kehidupan masa kini dan masa mendatang. Untuk mengembangkan potensi peserta didik kearah karakter yang bernilai budaya dan karakter prinsipnya tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan melainkan terintegrasi ke dalam setiap mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah.

Menurut tim penulis naskah pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (2011), pengertian pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga memiliki nilai dan karakter dirinya, dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, dan kreatif. Maka pendidikan karakter diharapkan merupakan suatu proses pendidikan yang dapat mengembangkan watak, tabiat, ahlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtualues) dan dapat diyakini ataupun digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap dan bertindak.

Tahapan pendidikan berkarakter dapat dilakukan dengan :

1)   Melakukan perencanaan pengembangan pendidikan budaya dan karakter.

Tahapan dilakukan dengan menerapkan kedalam kurikulum melalui hal berikut :

a.       Program pengembangan diri

b.      Pengintegrasian dalam mata pelajaran

c.       Menerapkan budaya sekolah

2)   Mengembangkannya ke dalam proses pembelajaran dikelas.

Pengembangannya dilakukan didalam kelas, disekolah ataupun diluar sekolah.

3)   Melakukan evaluasi hasil belajar.

Evaluasi yang dilakukan berdasarkan pencapaian nilai budaya dan karakter yang didasarkan pada indikator.

Nilai-nilai yang perlu dikembangkan dalam pendidikan karakter dapat diidentifikasi dari sejumlah nilai pada tabel.1 berikut :

Tabel.1. Nilai dan deskripsi nilai pendidikan karakter

No

Nilai yang dikembangkan

Deskripsi

1

Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan agama lain.

2

Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3

Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,suku, etnis, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4

Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5

Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6

Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7

Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8

Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9

Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang berupaya mengetahui lebih mendalam dan luas dari suatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10

Semangat Kebangsaan

Berpikir, bertindak, berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11

Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

12

Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13

Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14

Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15

Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16

Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang terjadi.

17

Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan

pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18

Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas

dan kewajibannya, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2011.

2. Pendekatan Salingtemas

Pembelajaran fisika dengan pendekatan salingtemas dapat difahami sesuai istilah yang mengandung kata kunci salingtemas yaitu : sains-lingkungan-tekonologi dan masyarakat. Menurut La Maronta Ghalib, (2009) menyatakan bahwa konsep-konsep dan proses sains yang diajarkan di sekolah harus sesuai konteks sosial dan relevan dengan kehidupan siswa sehari-hari.

Menurut Yager (1994 dalam Mahmuddin, 2009), program pembelajaran dengan pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat pada umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu :

1)        Identifikasi masalah-masalah setempat/lokal yang memiliki kepentingan dan dampak.

2)        Penggunaan sumber daya setempat/lokal untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.

3)        Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

4)        Perpanjangan belajar di luar kelas dan sekolah.

5)        Fokus kepada dampak dari sains dan teknologi terhadap siswa.

6)        Isi dari pembelajaran bukan hanya konsep-konsep saja yang harus dikuasai siswa dalam kelas saat melakukan tes.

7)        Penekanan dalam keterampilan proses dimana siswa dapat menggunakannya dalam memecahkan masalah.

8)        Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.

9)        Kesempatan bagi siswa untuk mencoba berperan sebagai anggota masyarakat dimana ia mencoba untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentifikasi.

10)    Identifikasi dampak sains dan teknologi di masa depan.

11)    Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.

Menurut Poedjiadi (2005), pelaksanaan pendekatan STM dapat dilakukan melalui tiga macam strategi, yaitu:

1) Strategi pertama, menyusun topik yang menyangkut konsep-konsep yang ingin ditanamkan pada peserta didik. Strategi ini, di awal pembelajaran guru memperkenalkan atau menunjukkan kepada peserta didik adanya isu atau  masalah di lingkungan anak atau menunjukkan aplikasi sains atau suatu produk teknologi yang ada di lingkungan mereka.

2) Strategi kedua, menyajikan suatu topik yang relevan dengan konsep-konsep tertentu yang termasuk dalam standar kompetensi atau kompetensi dasar.

3) Strategi ketiga, mengajak anak untuk berpikir dan menemukan aplikasi konsep sains dalam industri atau produk teknologi yang ada di masyarakat di sela-sela kegiatan belajar berlangsung.

Menurut Mahmuddin (2009), tahapan yang ditempuh pada pembelajaran salingtemas adalah :

1) Tahapan Invitasi

Pada tahap ini guru melakukan brainstorming dan menghasilkan beberapa kemungkinan topik untuk penyelidikan, harus merupakan minat siswa dan memberikan wilayah yang cukup untuk penyelidikan bagi siswa. Dapat diawali dengan apersepsi dan hal-hal yang telah diketahui siswa sebelumnya, serta ditekankan pada keadaan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

2) Eksplorasi

Pada tahap ini guru dan siswa mengumpulkan data dan informasi melalui pertanyaan-pertanyaan atau wawancara, kemudian menganalisis informasi tersebut. Tahapan ini merupakan penyelidikan yang dapat memberikan pemahaman dasar untuk pengembangan, pengujian hipotesis, dan mengusulkan tindakan

3) Mengusulkan penjelasan dan solusi

Tahap ini siswa mengatur dan mensintesis informasi yang mereka telah kembangkan sebelumnya dalam penyelidikan. Proses ini termasuk komunikasi lebih lanjut dengan para ahli di lapangan, pengembangan lebih lanjut, memperbaiki, dan menguji hipotesis mereka, dan kemudian mengembangkan penjelasan tentatif dan proposal untuk solusi dan tindakan.

4) Mengambil tindakan

Berdasarkan temuan yang dilaporkan dalam fase ketiga, siswa menerapkan temuan-temuan mereka dalam beberapa bentuk aksi sosial. Tindakan ini dapat melibatkan masyarakat sebagai pelaksana dan dapat dijadikan sebagai tindakan follow up.

Gambar.1. Tahapan Pembelajaran Salingtemas

B. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah mengintegrasikan pendidikan karakter kedalam mata pelajaran sains di kelas. Pengintegrasian pendidikan karakter di kelas pada mata pelajaran fisika dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1.      Perencanaan Pengembangan

Perencanaan pengembangan pendidikan karakter kedalam pembelajaran fisika dapat dilakukan guru dengan menyusun Silabus dan RPP dengan mengembangkan nilai-nilai karakter siswa yang sesuai dengan materi pelajaran. Perencanaan pengembangan dapat dilakukan dengan cara :

a.     Mengkaji SK dan KD pada standar isi.

b.    Memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD

c.     Mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter dalam silabus

d.    Mencantumkan nilai-nilai yang sudah ada dalam silabus ke dalam RPP

e.     Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif dan memberi kesempatan peserta didik menunjukkan perilaku yang sesuai.

f.     Membantu peserta didik untuk menunjukkan dalam perilaku.

2.      Pengembangan Proses Pembelajaran

Pengembangan proses pembelajaran dilakukan menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik secara aktif dan berpusat pada siswa melalui proses pembelajaran fisika di kelas dengan menggunakan metode pendekatan pembelajaransalingtemas. Menurut Nurmaulita (2010), digunakan pendekatan salingtemas karena diyakini pendekatan ini dapat membekali siswa mengantisipasi beberapa hal pokok yang berkembang dimasyarakat dan lingkungan, diantaranya :

a.    Menghindari ‘materi oriented’ dalam pendidikan tanpa tahu masalah-masalah di masyarakat secara lokal, nasional, maupun internasional.

b. Mempunyai bekal yang cukup bagi peserta didik untuk menyongsong era globalisasi (AFTA–2003, AFAS–2003, WTO–2010).

c. Peserta didik mampu menjawab dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan kelestarian bumi, isu-isu sosial, isu-isu global, misalnya masalah pencemaran, pengangguran, kerusuhan sosial, dampak hasil teknologi dan lain-lainnya hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi.

d. Membekali peserta didik dengan kemampuan memecahkan masalah dengan penalaran sains, lingkungan, teknologi, sosial secara integral, baik di dalam maupun di luar kelas.

3.      Evaluasi Pendidikan Karakter

Evaluasi dilakukan berdasarkan indikator yang sudah di rencanakan pada pengembangan yang dilakukan.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Tanah Jawa Kabupaten Simalungun semester genap tahun ajaran 2010/2011. Jumlah siswa terdiri dari 38 orang siswa dengan rincian 12 orang siswa laki-laki dan 26 orang siswa perempuan. Penelitian dilakukan dari bulan Maret sampai Mei 2011.

B. Prosedur penelitian

Adapun prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1.      Perencanaan Pengembangan Pendidikan Karakter

·      Mengkaji SK dan KD pada standar isi.

·      Memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD.

·      Mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter dalam silabus.

·      Mencantumkan nilai-nilai yang sudah ada dalam silabus ke dalam RPP.

·      Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif dan memberi kesempatan peserta didik menunjukkan perilaku yang sesuai.

·      Membantu peserta didik untuk menunjukkan dalam perilaku.

2.      Pengembangan Proses Pembelajaran

Dikembangkan berdasarkan tahapan pendekatan pembelajaran salingtemas.

a. Tahap invitasi : guru melakukan brainstorming.

b. Tahap eksplorasi : guru dan siswa mengumpulkan data dan informasi.

c. Tahap mengusulkan penjelasan dan solusi : siswa mengatur dan mensintesis informasi, melakukan penyelidikan untuk menguji hipotesis.

d. Mengambil tindakan : mengajukan penjelasan dan solusi, menerapkan temuan-temuan mereka untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3.      Evaluasi Pendidikan Karakter

Evaluasi hasil belajar pencapaiannya berdasarkan nilai budaya dan karakter yang didasarkan pada indikator mata pelajaran fisika.

C. Tehnik analisa data

Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan :

1.   Tes hasil belajar kemampuan memecahkan masalah dengan penalaran sains, lingkungan, teknologi. (LP-1 dan LP-2)

Dilakukan dengan membuat instrumen tes hasil belajar pilihan ganda 10 soal dan tes uraian 2 soal. Nilai akhir di dapat dari rumus :

Nilai Akhir = (0.7xPG) + (0.3xEssay)

Hasilnya kemudian di hitung jumlah skor siswa keseluruhan untuk mendapatkan rata-rata hasil belajar siswa. Rata-rata hasil belajar dihitung menggunakan rumus :

Rata-rata hasil =

Kemudian hasil akhirnya dilakukan persentase jumlah siswa yang mencapai skor tertentu untuk menentukan kategori baik-cukup-kurang.

Persentase =  x 100%

2.   Hasil observasi kemampuan siswa melakukan kegiatan penyelidikan (LO-1) dan observasi kemampuan siswa melakukan kegiatan persentase (LO-2).

Kriteria Penilaian :

1      =      Kurang            2    =     Cukup

3     =      Baik                4    =     Amat baik

Kategori Persentase :

Lebih kecil dari 60 %     =          Kurang

61 % s/d 70 %                =          Cukup

71 % s/d 80 %                =          Baik

81 % s/d 100 %              =          Amat baik

3.      Lembar Penilaian Diri (LPD)

·       Mengisi pernyataan dengan jujur.

·      Untuk setiap pernyataan, mengisikan angka 1, 2, 3, atau 4 pada tempat yang telah disediakan, dengan kriteria sebagai berikut:

1       :     tidak pernah                         3          :           sering

2       :    kadang-kadang        4          :           selalu

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran fisika. Materi pelajaran yang diajarkan adalah 1). Teori kinetik gas, dan 2) Termodinamika. Pembelajaran fisika dilakukan dengan mengintegrasikan pendidikan karakter kedalam pembelajaran fisika. Langkah pembelajaran yang dilakukan adalah :

1. Perencanaan Pengembangan

Perencanaan pengembangan dilakukan dengan menyusun Silabus dan RPP dengan mengembangkan nilai-nilai karakter siswa yang sesuai materi pelajaran. Adapun silabus yang dikembangkan adalah :

Standar Kompetensi:  3.  Menerapkan konsep termodinamika dalam mesin kalor

Tabel.2. Silabus pendidikan berbasis karakter mata pelajaran fisika

Kompetensi Dasar

Materi Pokok/Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Indikator

Penilaian

Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

Pembentukan Karakter

Teknik

Bentuk Instru

men

3.1  Mendeskripsikan

sifat-sifat gas ideal

monoatomik

·   Teori kinetik gas

·   Berdiskusi secara brkelompok merumuskan hubungan tekanan, volume, suhu, kecepatan, dan energi kinetik secara logis dan kritis .

Mendiskripsikan hubungan antara  tekanan, volume, suhu, kecepatan, dan energi kinetic secara logis dan kritis .

Tes tertulis

PG dan

Uraian

2 x 45’

Buku

paket Fisika Kls XI,  LKS,

bahan

presentasi

Berfikir Logis, kritis,

·   Menerapkan konsep tekanan,

volume, suhu, kecepatan, dan

energi kinetik dalam diskusi

pemecahan masalah dengan p ercaya diri, kritis dalam berdiskusi dan menghargai keberagaman pendapat orang lain.

Menerapkan dengan rasa ingin tahu persamaan umum gas ideal pada proses isotermik, isokhorik, dan isobarik.

Tes tertulis

PG dan Uraian

2 x 45’

Media gambar peta konsep

p ercaya diri, kritis

rasa ingin tahu , menghargai keberagaman

·      Mempresent

sekan hasil diskusi kelompok dengan media gambar peta konsep

Percaya diri, kritis dalam berdiskusi dan menghargai keberagaman pendapat orang lain

Tes unjuk

Kerja

Dan Penilaian Diri

Lembar Penilaian Diri

2 x 45’

Media gambar peta konsep

Percaya diri, kritis , dan menghargai keberagaman

3.2. Menganalisis

perubahan keadaan

gas ideal dengan

menerapkan hukum

termodi

namika

Termodina

mika

·      Menghitung usaha, kalor, dan energi dalam menggunakan prinsip hukum

utama termo dinamika dalam diskusi kelas dengan r asa ingin tahu.

Mendeskripsi

kan usaha, kalor, dan energi dalam berdasarkan hukum utama termodinamika dengan banyak membaca buku sumber.

Tes Tertulis

PG dan

Uraian

2 x 45’

Buku

paket Fisika Kls XI,  LKS, lembar

kerja, bahan

presentasi

Rasa ingin tahu, membaca buku

·      Menganalisis  dengan berfikir logis  dan kritis karakteristik proses isobarik, isokhorik,

isotermik, dan adiabatik dalam

diskusi kelas.

Menganalisis secara kritis dan logis proses gas ideal berdasar grafik tekanan-volume (P-V)

Tes Tertulis

PG dan

Uraian

2 x 45’

berfikir logis  dan kritis

·      Mempresenta

sikan penghitungan  efisiensi mesin

kalor dan koefiseien

performans mesin pendingin  Carnot dalam diskusi pemecahan masalah secara percaya diri   dan menghargai keberagaman .

Mendeskripsikan prinsip kerja mesin Carnot dengan percaya diri dan menghargai keberagaman pendapat.

Tes unjuk

Kerja

dan

Penilaian Diri

Lembar Penilaian Diri

2 x 45’

percaya diri dan menghargai keberagaman

2. Pengembangan Proses Pembelajaran

Dikembangkan berdasarkan tahapan pendekatan pembelajaran salingtemas.

a. Tahap invitasi : guru melakukan brainstorming.

b. Tahap eksplorasi : guru dan siswa mengumpulkan data dan informasi.

c. Tahap mengusulkan penjelasan dan solusi : siswa mengatur dan mensintesis informasi, melakukan penyelidikan untuk  menguji hipotesis.

d. Mengambil tindakan : mengajukan penjelasan dan solusi, menerapkan temuan-temuan mereka untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Evaluasi Pendidikan Karakter

Evaluasi hasil belajar pencapaiannya berdasarkan nilai budaya dan karakter yang didasarkan pada indikator pelajaran fisika. Adapun bentuk instrumen pengukuran implementasi pendidikan karakter  dalam pembelajaran fisika adalah :

Tabel.3. Kisi-kisi instrument pendidikan karakter mata pelajaran Fisika.

No

Indikator

Teknik Penilaian

Bentuk Instrumen

Kode

Instrumen

Teori Kinetik Gas

1

Mendiskripsikan hubungan antara  tekanan, volume, suhu, kecepatan, dan energi kinetik secara logis dan kritis.

Tes tertulis

Pilihan Ganda/

Uraian

LP-1

2

Menerapkan dengan rasa ingin tahu persamaan umum gas ideal pada proses isotermik, isokhorik, dan isobarik.

Tes tertulis

Pilihan Ganda/

Uraian

LP-1

3

Percaya diri, kritis dalam berdiskusi dan menghargai keberagaman pendapat orang lain.

Observasi & Penilaian Diri

Sikap / praktik

LO-1

4

Tahap pelaksanaan pembelajaran salingtemas pada pendidikan karakter.

Observasi

Sikap / praktik

LO-3

Termodinamika

1

Mendeskripsikan usaha, kalor, dan energi dalam berdasarkan hukum utama termodinamika dengan melakukan banyak membaca buku sumber.

Tes tertulis

Pilihan Ganda/Uraian

LP-2

2

Menganalisis secara kritis dan logis proses gas ideal berdasarkan grafik tekanan-volume (P-V).

Tes tertulis

Pilihan Ganda /Uraian

LP-2

3

Mendeskripsikan prinsip kerja mesin Carnot dengan percaya diri dan menghargai keberagaman pendapat.

Unjuk kerja

Mempresentasekan hasil diskusi

LO-2

4

Tahap pelaksanaan pembelajaran salingtemas pada pendidikan karakter.

Observasi

Sikap / praktik

LO-3

Hasil penelitian yang diukur berdasarkan nilai karakter siswa pada mata pelajaran fisika adalah :

1.      Hasil belajar kemampuan memecahkan masalah dengan penalaran sains, lingkungan, teknologi. ( LP-1 dan LP-2)

Dari rata-rata hasil belajar siswa pada materi Teori Kinetik Gas mencapai 7.21 dengan standar deviasi 0.70.  Selanjutnya pada materi Termodinamika, rata-rata hasil belajar siswa mencapai 7.49 dengan standar deviasi 0.97. Rata-rata hasil belajar ini menunjukkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran fisika dengan mengimplementasikan pendidikan karakter sudah maksimal dilakukan.

Tabel. 4 . Tes hasil belajar siswa

No

Rentangan Skor

Instrumen 1

(LP-1)

Instrumen 2

(LP-2)

Ketuntasan

Frekuensi

Persentase

Frekuensi

Persentase

1

81 - 100

4

10.52%

11

28.94%

Tuntas

2

71 - 80

12

31.58%

13

34.21%

Tuntas

3

61 -70

20

52.63%

14

36.84%

Tuntas

4

Ø  60

2

5.26%

0

0

T. Tuntas

Jumlah

273.8

284.7

Rata-rata

7.21

7.49

Standev

0.70

0.97

Sesuai dengan hasil yang diharapkan dalam pembelajaran salingtemas bahwa siswa diharapkan memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan penalaran sains, memahami lingkungan, dengan teknologi yang berkembang dimasyarakat, memiliki kemampuan ingin tahu oleh peserta didik, dan kemampuan untuk berkompetisi, baik di dalam maupun di luar kelas sudah dapat dicapai pada pembelajaran dengan menerapkan pendidikan karakter siswa. Karakter yang terukur adalah karakter memecahkan masalah dengan penalaran sains, memahami lingkungan, memiliki kemampuan ingin tahu, serta kemampuan untuk berkompetisi secara sehat.

Gambar.2. berikut memperlihatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika :

Gambar.2. Grafik rata-rata hasil belajar siswa.

Dengan nilai perolehan rata-rata tersebut, siswa memiliki kemampuan dalam mengembangkan karakter dan budaya dalam pembelajaran fisika. Kemampuan siswa memecahkan masalah dalam pembelajaran fisika dapat terukur dengan baik.

2.        Hasil observasi kemampuan siswa melakukan kegiatan penyelidikan. (LO-1)

Tabel.5. Sikap siswa ketika melakukan kegiatan penyelidikan

No

Nama

Kelompok

Aspek yang diobservasi

Jumlah

%

Kategori

1

2

3

4

5

1

I

3

3

2

3

3

14

70.00%

Cukup

2

II

3

3

3

3

4

16

80.00%

Baik

3

III

3

3

4

3

4

17

85.00%

A. Baik

4

IV

2

3

3

3

3

14

70.00%

Cukup

5

V

3

3

3

3

3

15

75.00%

Baik

6

VI

3

3

2

3

2

13

65.00%

Cukup

7

VII

2

3

3

3

3

14

70.00%

Cukup

8

VIII

3

3

4

3

4

17

85.00%

A. Baik

Jumlah

22

24

24

24

26

120

Persentase

68.75%

75.00%

75.00%

75.00%

81.25%

75.00%

Kemampuan siswa dalam melakukan penyelidikan dilakukan dengan membuat kegiatan pada siswa saat melakukan percobaan dengan “Telur Ajaib”. Dalam melakukan penyelidikan kemampuan siswa yang terukur adalah : Aspek 1). Melengkapi alat : telur rebus, korek api, kertas dan erlemenyer, hasil observasi menunjukkan rata-rata nilai 68.75% . Aspek 2). Memasukkan gulungan kertas yang terbakar kedalam  erlemenyer, sudah cukup baik dilakukan seluruh kelompok dengan mencapai rata-rata nilai 75.00%. Walaupun awalnya siswa  berfikir bahwa membakar kertas itu dilakukan diluar erlemenyer, padahal yang sebenarnya siswa harus memasukkan bakaran gulungan kertas ke dalam labu erlemenyer supaya telur dapat masuk. Aspek 3). Memasukkan telur kedalam erlemenyer, ada beberapa kelompok yang melakukan sampai beberapa kali baru berhasil telur tersebut masuk kedalam erlemenyer. Namun demikian ada kelompok yang hanya sekali saja melakukan langsung berhasil memasukkan telur kedalam erlemenyer. Rata-rata aspek ini mencapai nilai yang cukup baik juga yaitu 75.00%. Aspek 4). Melakukan pengamatan saat telur masuk kedalam erlemenyer. Aspek ini juga sudah cukup baik dilakukan siswa. Siswa mengamatinya mulai dari telur berada dimulut erlemenyer sampai telur masuk keseluruhan kedalam labu erlemenyer. Hal ini siswa menjelaskan bahwa “Panas dari kertas yang terbakar akan mendorong udara keluar dari dalam erlemenyer “. Akibatnya tekanan udara di dalam erlemenyer berkurang sehingga telur akan tertarik masuk kedalam botol.” Aspek 5). Melaporkan hasil diskusi kedalam bentuk laporan. Semua kelompok melakukan aspek ini dengan amat baik. Laporan yang dihasilkan siswa ditulis cukup rapi dan dapat menjelaskan konsep dengan baik. Aspek ini mencapai rata-rata hasil penilaian 81.25 % adalah hasil yang “Amat baik”.

Kemampuan siswa melakukan kegiatan penyelidikan dilihat pada gambar 3 :

Gambar.3. Grafik Kemampuan siswa melakukan penyelidikan

Secara keseluruhan kemampuan siswa melakukan kegiatan penyelidikan sudah cukup baik dilakukan. Hasil rata-rata kemampuan siswa melakukan kegiatan penyelidikan mencapai 75.00% (Cukup baik).

3.      Hasil observasi kemampuan siswa melakukan Kegiatan Persentase. (LO-2)

Observasi kemampuan siswa melakukan persentase dimaksudkan untuk mengukur menghargai keragaman pendapat, kemampuan bekerjasama, kemampuan bekerja secara mandiri dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa.

Kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan presentase adalah melakukan presentase di depan kelas secara berkelompok. Materi yang disajikan dalam hal ini ” Termodinamika”. Siswa melakukan presentase dengan media gambar yang menjelaskan peta konsep tentang materi Termodinamika.

Tabel.6. Kemampuan siswa melakukan kegiatan presentase

No

Nama

Kelompok

Aspek yang diobservasi

Jumlah

Persen tase

Kategori

1

2

3

4

5

1

I

3

3

3

3

4

16

80.00%

Baik

2

II

3

3

3

3

4

16

80.00%

Baik

3

III

3

4

4

3

4

18

90.00%

A. Baik

4

IV

3

3

3

3

3

15

75.00%

Cukup

5

V

3

3

3

3

4

16

80.00%

Baik

6

VI

3

3

3

3

3

15

75.00%

Cukup

7

VII

3

3

3

3

3

15

75.00%

Cukup

8

VIII

3

4

4

3

4

18

90.00%

A. Baik

Jumlah

24

26

26

24

29

129

Persentase

75.00%

81.25%

81.25%

75.00%

90.63%

80.63%

Adapun aspek yang terukur adalah : Aspek 1). Melengkapi media gambar peta konsep mencapai rata-rata hasil yang dilakukan secara berkelompok adalah 75.00%. Seluruh kelompok melakukan presentase dengan membuat media gambar tentang peta konsep termodinamika. Media gambar yang dibuat siswa ada yang sempurna dilakukan lengkap menjelaskan hubungan konsep-konsep termodinamika, gambar yang dihasilkan menarik untuk dibaca, namun demikian masih ada yang kurang maksimal dalam membuat peta konsepnya. Aspek 2). Menyajikan hasil diskusi didepan kelas mencapai rata-rata hasil dalam berkelompok adalah 81.25%. Diantara 8 kelompok yang terbentuk, masih ada kelompok yang kurang bekerjasama, menjelaskan konsep hampir keseluruhannya baik melakukannya. Aspek 3). Kerjasama didalam kelompok mencapai rata-rata hasil 81.25%. Nilai ini sudah menunjukkan cukup baik. Kelihatan hampir semua kelompok dapat bekerjasama dan menghargai perbedaan pendapat. Aspek 4). Menjawab atau membuat pertanyaan mencapai rata-rata hasil 75.00%. Setelah kelompok melakukan presentase, selanjutnya membuat session tanya jawab. Ternyata saat session ini suasana kelas sangat aktif melakukan tanya jawab. Sehingga pada aspek ini dapat mencerminkan karakter siswa yang saling menghargai perbedaan pendapat orang lain. Aspek 5). Menyimpulkan hasil diskusi mencapai rata-rata hasil 90.63%. Nilai ini paling signifikan diantara aspek yang lain. Setiap kelompok diakhir pembelajaran dari hasil presentasenya semua menyimpulkan hasil pembelajarannya.

Kemampuan siswa melakukan presentase dilihat pada gambar.4. berikut :

Gambar.4. Kemampuan siswa melakukan presentase

Secara keseluruhan kemampuan siswa melakukan  kegiatan presentase sudah amat baik dilakukan. Hasil rata-rata kemampuan siswa melakukan kegiatan presentase mencapai 80.63% (Amat baik).

4.      Hasil observasi pembelajaran pengembangan karakter melalui pembelajaran salingtemas. (LO-3)

Penerapan pendidikan karakter pada pembelajaran fisika melalui pembelajaran salingtemas selama 3 x pertemuan pada materi Teori Kinetik Gas dan 3 x pertemuan pada materi Termodinamika. Setiap pertemuan masing-masing dalam waktu 2 x 45 menit. Setiap pertemuan tahap kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan pendahuluan - kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada pertemuan-1 kegiatan inti yang dilakukan adalah tahap invitasi. Pada pertemuan ke-2 kegiatan inti yang dilakukan adalah tahap eksplorasi dan pertemuan ke-3 kegiatan inti yang dilakukan adalah tahap mengusulkan penjelasan dan solusi.

Kegiatan masing-masing pertemuan tercantum dalam tabel.7. berikut :

Tabel.7. Kemampuan guru mengembangkan karakter  pada pembelajaran salingtemas

Tahap

Kegiatan Pembelajaran

Kemunculan

Mutu Penilaian

Pembentukan Karakter

Ya/Tidak

1

Pendahuluan

a. Datang tepat waktu

Ya

3

disiplin

b. Berdoa sebelum belajar

Ya

3

religious

c.  Menyampaikan butir karakter yang dikembangkan terkait dengan SK/KD  merujuk Silabus, RPP.

Ya

2

berfikir logis, kreatif

2

Kegiatan Inti

Tahap Invitasi

Amat Baik

83.33%

Pertemuan 1

a.    Mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan karakter

Ya

2

berfikir logis, kreatif

b.   Melibatkan peserta didik mencari  informasi tentang materi.

Ya

3

mandiri, berfikir logis, kreatif

c.   Menggunakan pendekatan Salingtemas.

Ya

3

kreatif dan kerja keras

d.   Melibatkan peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Ya

2

rasa percaya diri, mandiri

Tahap E ksplorasi

Amat Baik

83.33%

Pertemuan 2

a.    Membimbing siswa berdiskusi dalam kelompok 4 orang.

Ya

3

kerjasama, saling menghargai

b.   Membiasakan siswa membaca dan menulis dengan memberikan tugas.

Ya

2

kreatif dan logis

c.    Memberi kesempatan berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah.

Ya

2

kreatif, percaya diri, kritis

d.   Memfasilitasi siswa melakukan percobaan menggunakan LKS.

Ya

3

mandiri, kerja keras, kerjasama

Tahap mengusulkan penjelasan dan solusi

Cukup

66.67%

Perte

muan 3

a.    Memberikan umpan balik dan penguatan bentuk lisan/tulisan

Ya

2

saling menghargai, percaya diri, santun

b.   Memfasilitasi peserta didik membuat laporan hasil.

Ya

2

jujur, bertanggung jawab, mandiri,

c.    Memfasilitasi siswa berkompetisi (mempresentasekan) secara sehat.

2

jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)

d.   Membantu menyelesaikan masalah.

Ya

2

Peduli

3

Penutup

a.    Bersama siswa menyimpulkan pelajaran.

Ya

3

mandiri, kerjasama, kritis, logis

b. Melakukan evaluasi secara konsisten  dan terprogram.

Ya

3

jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan

Jumlah

42

Persentase

82.35%

Amat Baik

Hasil kemampuan guru menerapkan pendidikan karakter  pada mata pelajaran fisika melalui pembelajaran salingtemas sudah cukup baik dilakukan. Kemampuan guru menerapkan pendidikan karakter mencapai 82.35%  (dengan hasilAmat Baik)

5.      Lembar Penilaian Diri (LPD)

Pengamatan yang dilakukan melalui lembar penilaian diri siswa adalah dimaksudkan untuk mengukur karakter siswa tentang “kejujuran” siswa menilai diri sendiri, serta dapat menggambarkan karakter siswa tentang menghargai keberagaman pendapat orang lain.

Tabel.8. Sikap siswa melakukan penilaian diri

No

Aspek yang diamati

4

(selalu)

3 (Sering)

2 (Kadang-kadang)

1

(Tidak Pernah)

Jumlah

1

Saya mendengarkan ketika ada siswa lain menyampaikan pendapat.

17

12

9

0

38

2

Saya memberikan komentar bila pendapat siswa lain berbeda dengan pendapat saya.

7

15

11

5

38

3

Saya bertanya, ketika saya tidak memahami sesuatu.

8

15

7

8

38

4

Saya mengusulkan ide.

9

9

13

7

38

5

Saya menerima pendapat, ide, atau komentar lain yang lebih baik atau benar, meskipun pendapat tersebut berbeda dengan pendapat saya.

23

6

7

2

38

6

Saya berperilaku tidak relevan.

0

2

14

22

38

Lembar pengamatan diri dilakukan untuk mengetahui sikap siswa yang menggambarkan karakter siswa tentang menghargai keberagaman pendapat orang lain. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar.5. berikut :

Gambar.5. Sikap siswa

B. Proses pelaksanaan hasil penelitian

Siswa secara P ercaya diri, Rasa ingin tahu, kritis dalam berdiskusi dan menghargai keberagaman pendapat orang lain.

Siswa Menganalisis hubungan antara  tekanan, volume, suhu, kecepatan, dan energi kinetik secara logis dan kritis dengan diikuti rasa ingin tahu.

Mempresentasikan penghitungan  efisiensi mesin kalor dan mesin pendingin Carnot dalam diskusi pemecahan masalah secara percaya diri   dan menghargai keberagaman pendapat.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1.      Pelaksanaan penerapan pendidikan karakter melalui pendekatan salingtemas pada  mata pelajaran fisika di SMA Negeri I Tanah Jawa dilakukan dengan tahapan a). Tahap perencanaan pengembangan dilakukan dengan menyusun Silabus dan RPP dengan mengembangkan nilai karakter siswa yang sesuai dengan materi pelajaran. b). Tahap pengembangan proses pembelajaran berdasarkan tahapan pendekatan pembelajaran salingtemas, yaitu melalui Tahap invitasi (guru melakukan brainstorming), Tahap eksplorasi (guru dan siswa mengumpulkan informasi), Tahap mengusulkan penjelasan dan solusi (mensintesis informasi, melakukan penyelidikan), Tahap mengambil tindakan (mengajukan solusi, menerapkan temuan-temuan untuk diterapkan). c). Tahap evaluasi pendidikan karakter, yaitu melakukan evaluasi hasil belajar yang pencapaiannya berdasarkan nilai  budaya dan karakter yang didasarkan pada indikator pelajaran fisika.

2.      Hasil pembelajaran pendidikan karakter dengan pendekatan salingtemas adalah :

a) Kemampuan siswa memecahkan masalah dengan penalaran sains, lingkungan mencapai rata-rata pada materi Teori Kinetik Gas mencapai 7.21 dengan standar deviasi 0.70. Selanjutnya pada materi Termodinamika, rata-rata hasil belajar siswa mencapai 7.49 dengan standar deviasi 0.97. Rata-rata hasil belajar ini menunjukkan pemahaman konsep siswa dengan mengimplementasikan pendidikan karakter siswa sudah maksimal dilakukan.

b). Kemampuan siswa melakukan kegiatan penyelidikan dilakukan dengan 1). Melengkapi alat : telur rebus, korek api, kertas dan erlemenyer, hasil observasi menunjukkan rata-rata nilai 68.75%. 2). Memasukkan gulungan kertas yang terbakar kedalam erlemenyer, mencapai rata-rata nilai 75.00%. 3). Memasukkan telur kedalam erlemenyer rata-rata aspek ini mencapai nilai yang Cukup baik yaitu 75.00%. 4). Melakukan pengamatan saat telur masuk kedalam erlemenyer mencapai rata-rata hasil 75.00%. Aspek 5). Melaporkan hasil diskusi kedalam bentuk laporan mencapai rata-rata hasil penilaian 81.25% adalah hasil yang “Amat baik”. Hasil rata-rata kemampuan siswa melakukan kegiatan penyelidikan mencapai 75.00% (Cukup baik).

c). Kemampuan siswa melakukan Kegiatan Persentase adalah 1). Melengkapi media gambar peta konsep mencapai rata-rata hasil secara berkelompok 75.00%. 2). Menyajikan hasil diskusi didepan kelas mencapai rata-rata hasil berkelompok 81.25%. 3). Kerjasama didalam kelompok mencapai rata-rata hasil 81.25%. 4). Menjawab atau membuat pertanyaan mencapai rata-rata hasil 75.00%. 5). Menyimpulkan hasil diskusi mencapai rata-rata hasil 90.63%. Hasil rata-rata kemampuan siswa melakukan kegiatan presentase mencapai 80.63% (Amat baik).

d). Penilaian Diri dilakukan dengan menyebarkan angket : 1). Mendengarkan ketika siswa lain menyampaikan pendapat : Selalu (17 siswa), Sering (12 siswa) dan Kadang-kadang (9 siswa). 2) Memberikan komentar bila pendapat siswa lain berbeda : Selalu (7 siswa), Sering (15 siswa) dan Kadang-kadang (11 siswa) dan Tidak pernah (5 siswa). 3). Bertanya ketika tidak memahami sesuatu : Selalu (8 siswa), Sering (15 siswa) dan Kadang-kadang (7 siswa) dan Tidak pernah (8 siswa). 4). Mengusulkan ide : Selalu (9 siswa), Sering (9 siswa) dan Kadang-kadang (13 siswa) dan Tidak pernah (7 siswa). 5). Menerima pendapat, ide, atau komentar lain yang lebih baik : Selalu (23 siswa), Sering (6 siswa) dan Kadang-kadang (7 siswa) dan Tidak pernah (2 siswa). 6). Berperilaku tidak relevan : Selalu (Tidak ada), Sering (2 siswa) dan Kadang-kadang (14 siswa) dan Tidak pernah (22 siswa). Nilai ini menunjukkan karakter dan kebiasaan siswa yang baik.

3.      Penerapan pendidikan karakter pada mata pelajaran fisika melalui pembelajaran salingtemas dilakukan sudah sangat baik. Persentase pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan mencapai 82.35% dengan hasil “Amat Baik”. Tahap invitasi mencapai 83.33% (amat baik), tahap eksplorasi mencapai 83.33% (amat baik) dan tahap mengusulkan penjelasan dan solusi mencapai 66.67% (cukup). Diyakini, kegiatan pembelajaran salingtemas dapat melatih mengembangkan pembentukan karakter tentang p ercaya diri, mandiri, berfikir logis, kerja keras, kemampuan berfikir kritis , rasa keingintahuan siswa tentang suatu materi, dan rasa saling menghargai keberagaman pendapat dengan bekerjasama.

B. Saran

1.      Disarankan bagi guru bidang studi dalam proses belajar mengajar dikelas, hendaknya proses pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan pendidikan karakter kedalam proses pembelajarannya. Metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas dapat digunakan metode bervariasi namun menyenangkan siswa dan dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir kritis, logis, membentuk rasa ingin tahu, dan menghargai pendapat berbeda. Penerapan pendidikan karakter di kelas salah satunya dapat dilakukan dengan mengimplementasikan pendidikan karakter kedalam proses pembelajaran di kelas.

2.      Bagi guru sains, pembelajaran salingtemas dengan merencanakan eksperimen, menyusun hipotesis, dan membuat kesimpulan dalam proses pembelajaran dapat melatih kemampuan siswa dalam berfikir kritis, logis, rasa ingin tahu, dan menghargai pendapat berbeda. Pembelajaran salingtemas merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat di terapkan dalam pengimplementasian pendidikan karakter di dalam kelas. Metode yang dilakukan dengan kerja kelompok untuk menanamkan jiwa kedisiplinan, kecermatan, ketelitian, tanggung jawab dan kerja sama. Nilai tersebut dapat membentuk karakter siswa, sehingga diharapkan pembelajaran salingtemas berpotensi dalam pembentukan karakter .

3.      Bagi pihak sekolah, penerapan pendidikan karakter tidak hanya dilakukan pada saat pengembangan diri saja. Melainkan menerapkan pendidikan karakter disekolah menjadi suatu kebiasaan sehari-hari siswa disekolah.

4.      Bagi penentu kebijakan, alat ukur penilaian yang digunakan dalam pendidikan karakter tidaklah mudah seperti mengukur kemampuan kognitif siswa dalam pelaksanaan UN. Namun perlu dikembangkan lebih jauh daripada hanya sekedar penguasaan konsep dan penerapannya. Seperti mengukur kemampuan kebiasaan berfikir siswa dalam pembentukan karakter, jadi perlu dilakukan pembimbingan untuk guru sebagai pendidik  dalam penentuan penilaian karakter siswa dikelas.

DAFTAR PUSTAKA

Darmiyati Zuchdi,dkk, (2010). Pengembangan Model Pendidikan Karakter Dengan Pendekatan Komprehensif, Terpadu Dalam Pembelajaran Bahasa Indoonesia, IPA, dan IPS di Sekolah Dasar , http://lemlit.uny.ac.id/?q=pengembangan-model-pendidikan-karakter-dengan-pendekatan-komprehensif-terpadu-dalampembelajaran-baha, Diakses 29 Mei 2011

La Maronta Galib,(2009). Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains di Sekolah , http://aplikasifisika.blogspot.com/2009/03/pendekatan-sains-teknologi-masyarakat.html, Diakses 28 Mei 2011.

Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Rosdakarya.

Milson J. Andrew.(2000). Creating a Curriculum for Character Development : A Case  Study , The Clearing House, Vol. 74, No. 2 (Nov. - Dec., 2000), pp. 89-93, Taylor & Francis Ltd.

Mahmuddin, (2009). Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat dalam Pembelajaran . http://mahmuddin.wordpress.com/2009/11/17/pendekatan-sains-teknologi-dan-masyarakat-dalam-pembelajaran/. Diakses 29 Mei 2011.

Nurmaulita, (2010). Applying Learning Method Environment Science Technology And Society By Making Composite Board From Coconut Coir as Science Process Skill. Makalah. http://www.4shared.com/get/eQiyUOqb/Makalah_Nurmaulita-_SEMNAS_UT.html

Said Hamid Hasan dkk, (2011). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa . Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Jakarta.

……. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran Fisika . http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d025_034184_chapter2.pdf. Diakses 29 Mei 2010.

http://www.puskur.net/files/1_%20Pendidikan%20Budaya%20dan%20Karakter%20Bangsa.pdf

BIODATA PENULIS

NAMA

(lengkap dengan Gelar*)

:

NURMAULITA. S.Pd. M.Pd.

JENIS KELAMIN

:

PEREMPUAN

JUDUL MAKALAH

:

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN SALINGTEMAS Di Sekolah Menengah Atas NEGERI I TANAH JAWA

INSTANSI

:

SMA NEGERI I TANAH JAWA

KABUPATEN SIMALUNGUN

PROVINSI SUMATERA UTARA

JABATAN

:

GURU, Pembina, Gol IV/A

ALAMAT PERSURATAN

:

NURMAULITA                                                 GURU SMA NEGERI I TANAH JAWA        KABUPATEN SIMALUNGUN                       PROVINSI SUMATERA UTARA

KODE POS 21181

E-mail

:

maulitanur2007@gmail.com

No. Telp./Fax

:

-

HP

:

081375280450

Mengembangkan Pendidikan Karakter Melalui Tindak Tutur Direktif Guru di Kelas: Studi Eksploratif Kebijakan Sekolah Ramah Sosial di RSBI Kabupaten Ponorogo

Oleh:

MULYANI, S.Pd.M.Hum.

KEPALA SEKOLAH

Sekolah Menengah Atas MUHAMMADIYAH 1 PONOROGO

JL. BATORO KATONG NO. 6B PONOROGO

 TELPON/ FAX (0352) 481521

Abstrak

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah guru lebih banyak memiliki power (kuasa) dan control (kendali) daripada siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran di kelas power guru diwujudkan dalam bentuk  tindak tutur. Tindak tutur  guru  yang dominan adalah tindak tutur direktif (memerintah). Melalui tindak tutur direktif ini guru dapat mengembangkan pendidikan karakter kepada murid-muridnya. Guru bisa membangun keakraban dengan siswa agar tuturannya dapat dipahami dengan mudah oleh siswa. Namun demikian, masih ditemukan fakta bahwa banyak guru yang kurang memperhatikan pemakaian tindak tutur. Dalam mengelola pembelajaran di  kelas guru kadang-kadang kurang luwes, monoton, dan membosankan serta mengabaikan pentingnya pendidikan karakter.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tindak tutur direktif guru SMA dalam kegiatan belajar mengajar di kelas terkait prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan berbahasa, khususnya mengenai kebijakan sekolah ramah sosial di RSBI.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kabupaten Ponorogo tahun pelajaran 2010/2011. Objek penelitian adalah tindak tutur direktif guru SMA. Data berwujud tuturan beserta konteksnya. Teknik penyediaan data dengan teknik simak, rekam, catat dan pengamatan berpartisipasi.

Hasil penelitian ini adalah tindak tutur guru dapat diidentifikasikan menjadi tiga kategori, yakni (1) perintah ( commands ) sebanyak 47,05%, (2) permintaan ( requests ) sebanyak 27,64%, dan (3) saran ( suggestions ) sebanyak 25,29%. Ketiga kategori ini berimplikasi pada karakter guru dalam mengelola kelas. Guru membangun keakraban dengan siswa melalui pemenuhan prinsip dasar komunikasi, yakni prinsip kerjasama dan kesantunan berbahasa. Keakraban guru dengan murid dalam pembelajaran memudahkan dalam mengembangkan pendidikan karakter di sekolah.

Saran kebijakan, kepada Kementerian Pendidikan Nasional perlu ada kebijakan pengembangan konsep dan panduan teknis tentang kompetensi komunikasi guru dalam pembelajaran di kelas. Model sekolah ramah sosial melalui praktik pendidikan karakter bangsa di sekolah perlu digalakkan. Kepada Perguruan Tinggi (LPTK dan FKIP) perlu dikembangkan silabus dan bahan ajar yang mengintegrasikan prinsip dasar komunikasi, yakni prinsip kerjasama dan kesantunan berbahasa serta pendidikan berkarakter.

Kata Kunci:  guru, tindak tutur direktif, pendidikan karakter

Abstract

The main problem in this study is the teacher has more power and control than students in learning activities. In a classroom teacher power manifested in the form of speech act. Speech act a dominant teacher is directive speech act. Through a directive speech act, the teacher can develop a character education to their students. Teachers can build familiarity with the students so their speech can be understood easily by students. Nevertheless, it still found the fact that many teachers are paying less attention to the use of speech act. In managing the classroom teachers are sometimes less flexible, monotonous, and boring and ignore the importance of character education.

This study aims to identify the directive speech act The senior high school teachers in classroom teaching and learning activities related to the principle of cooperation and the principle of politeness in language, particularly on social policy in RSBI friendly schools.

The research was carried out in the senior high school of Ponorogo in academic year 2010/2011. The object of this research is a senior high school teachers directive speech act. The data tangible were narrative and its context. Providing data with engineering techniques see, record, record and participating observation.

The results of this study were teachers of speech act can be identified into three categories, namely (1) commands as much as 47.05%, (2) requests as much as 27.64%, and (3) suggestions as much as 25 , 29%. These three categories have implications for the character of the teacher in managing classroom. Teachers build familiarity with the students through the fulfillment of the basic principles of communication, namely the principle of cooperation and politeness in language. Familiarity with student teachers in the learning easier in developing character education in schools.

Policy advice, to the Ministry of National Education is necessary to guide policy development and technical concept of communication competence of teachers in the classroom. Friendly school model of society through the practice of national character education in schools should be encouraged. To Higher Education (LPTKs and FKIP) needs to be developed syllabi and teaching materials that integrate the basic principles of communication, namely the principle of cooperation and politeness in language and character education.

Keywords: teacher, directive speech acts, character education

1. Pendahuluan

a. Masalah dan arti penting penelitian

Dalam konteks interaksi, Amy B.M.Tsui (1995: 12-20) menyatakan bahwa aspek interaksi guru dan siswa di kelas dalam memanfaatkan fungsi bahasa dapat dilihat dari (1) bentuk pertanyaan guru kepada murid, (2) respons guru dan perlakuan kesalahan terhadap murid, (3) penjelasan guru, (4) guru dalam mengubah masukan dan interaksi, (5) perilaku guru dalam mengelola waktu dan perilaku siswa dalam mengambil bagian dalam interaksi, dan (6) pembicaraan siswa. Di samping itu fungsi bahasa dan fungsi tutur yang menurut Hymes disebut metalinguistik, kontak, dan poetik juga relevan untuk memahami style wacana guru dalam pembelajaran di kelas.

Dalam pembelajaran di kelas, ditemukan fakta bahwa masih banyak guru yang kurang memanfaatkan pentingkan penggunaan bahasa. Guru kurang luwes, komunikasi yang dibangun lebih searah, monoton, membosankan dan berbagai sikap yang menyebabkan siswa kurang simpati pada guru. Guru lebih memposisikan sebagai orang yang memiliki kuasa (power) dan siswa dipandang sebagai objek pembelajaran. Bahasa sebagai alat komunikasi utama bagi pembelajaran akan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Adanya style (gaya) guru dalam bertutur yang kurang akrab, kurang santun dan tidak memenuhi prinsip-prinsip dasar komunikasi menyebabkan siswa menjadi malas belajar, kurang perhatian dan kurang mendapatkan pendidikan karakter bagi dirinya.

Beberapa alasan penting mengapa penelitian ini menarik dilakukan, yakni (a) TTD guru adalah tindakan komunikasi yang terstruktur dan terencana antara guru dengan siswa dalam suasana formal dan informal, (b) TTD guru ikut menentukan sukses dan tidaknya proses pembelajaran di kelas, dan (c) TTD guru akan mencerminkan kompetensi komunikasi guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik. Di samping itu, penelitian TTD ini dihubungkan dengan prinsip-prinsip dasar komunikasi yakni prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan. Kedua prinsip ini di anggap penting dan relevan dengan kepentingan pendeskripsian bentuk TTD guru dalam KBM di kelas dengan perspektif gender.

Komunikasi guru dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung juga memanfaatkan tindak metakomunikasi, yakni sebuah tindak bahasa yang mengacu pada pengontrolan situasi tutur secara verbal. Dalam percakapan di kelas, guru dapat melakukan monitoring terhadap perilaku verbal muridnya. Guru harus menarik dan mempertahankan perhatian murid, menyuruh murid untuk berbicara atau diam, dan mencoba mengecek apakah murid-murid dapat mengikuti apa yang sedang dilakukan oleh guru. Dengan demikian, tindak tutur guru tentu berbeda dengan tindak tutur seorang penceramah, pengkhotbah, orator dalam kampanye, komentator dalam pertandingan olah raga atau pun seorang sales yang sedang menawarkan barang dagangannya. Tindak tutur guru memiliki karakteristik tertentu, diantaranya: tindak tutur yang ditujukan kepada siswa untuk memerintah, meminta, menyarankan, memberikan informasi, memberikan penjelasan, memberikan definisi, memberikan pertanyaan, menyatakan kebenaran atau membenarkan, menarik perhatian, dan seterusnya. Tindak tutur yang demikian itu dilakukan oleh guru untuk membangun komunikasi yang efektif dengan siswa melalui berbagai teknik dan strategi bertutur serta mempertimbangkan konteks situasi formal atau informal.

Bagian penting lain dari informasi umum tentang kegiatan guru di kelas adalah guru lebih banyak memiliki power (kuasa) dan control (kendali) daripada siswa, dan ini bisa diidentifikasikan dari bahasa mereka. Dalam KBM di kelas dominasi tindak tutur guru adalah tindak tutur direktif terhadap siswa. Dominasi TTD ini tampak pada kegiatan pengelolaan kelas pada saat guru memerintah, meminta, menyarankan dan seterusnya kepada siswa. Melalui TTD ini guru berusaha membangun keakraban dengan siswa agar tuturannya dapat dipahami dengan mudah oleh siswa.

b. Tujuan dan ruang lingkup penelitian

Berdasarkan uraian di atas, penelitian TTD guru dalam KBM di kelas dengan perspektif gender ini didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut. Pertama, dalam menganalisis pemakaian bahasa salah satu aspek penting adalah maksud pembicara (speaker’s meaning). Studi tentang maksud pembicara berusaha menangkap maksud pembicara yang ditentukan oleh konteks, yakni waktu, tempat, peristiwa, proses, keadaan, penutur, mitra tutur, latar belakang budaya, sosial dan lain-lain. Maksud tuturan ini bergantung pada aspek bahasa yang tampak dikaitkan dengan bentuk TTD guru. Maksud penutur, dalam hal ini bentuk tuturan direktif guru SMA laki-laki dan perempuan dalam KBM di kelas dijadikan dasar analisis untuk mendeskripsikan bentuk dan fungsi tindak tutur direktif.

Kedua, studi pragmatik bertugas untuk mengkaji tuturan yang mempertimbangkan aspek konteks, dalam hal ini bersifat ekstra linguistik atau konteks situasi. Hipotesis umum menyatakan bahwa bahasa perempuan lebih didominasi oleh dimensi rasa, sedangkan bahasa laki-laki lebih dikuasai oleh domain rasional perlu di uji dan dibuktikan melalui data empiris yang ada pada tuturan direktif guru dalam KBM di kelas.

 Ketiga, studi pragmatik juga berusaha menjelaskan bagaimana masyarakat pengguna bahasa (dalam hal ini guru) mengunakan maksim atau prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan dalam bertutur. Fenomena yang menarik dan perlu disingkap lebih jauh untuk melengkapi kajian pragmatik terhadap pemakaian bahasa guru dalam KBM di kelas adalah masalah prinsip kerja sama , skala kelangsungan dan peringkat kesantunan.

Keempat, fungsi tindak metakomunikasi adalah bagian yang penting dari tindakan verbal guru terhadap siswa dalam mengelola kelas. Peran tindak metakomunikasi ini memberikan panduan dalam menyingkap struktur TTD guru selama KBM di kelas berlangsung. Tindak metakomunikasi ini menjelaskan pada setiap fase pembelajaran, yakni kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir dalam pembelajaran..

2. Kajian Pustaka

Teori tindak tutur yang dikembangkan oleh para pakar seperti Austin (1962:151), Searle (1969:23), dan Leech (1993:106) telah menempatkan tindak tutur direktif sebagai salah satu aspek makro dari tindak ilokusi. Tindak ilokusi (illocutionary act) merupakan salah satu dari pembagian tentang tindak tutur termasuk di dalamnya adalah tindak lokusi dan tindak perlokusi.

Verba yang digunakan dalam tindak tutur direktif pada umumnya dimasukkan ke dalam kategori kompetitif sebab kategori verba ini membutuhkan sopan santun yang negatif, kecuali verba direktif mengundang (to invite) secara intrinsik memang sopan. Sub-sub tindak tutur yang digunakan sebagai penanda tindak tutur direktif adalah meminta/ meminta dengan sangat (to beg), memesan (to order), memohon/ memohon dengan sangat (to request), menganjurkan (to suggest) memerintah atau memberi perintah, menuntut, dan melarang.

Tindak tutur direktif pada dasarnya bertujuan menghasilkan efek berupa tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur. Tindak tutur direktif cenderung dikategorikan sebagai tindak tutur yang mengandung unsur kompetitif dan bersifat prospektif. Realisasi kompetitif tindak tutur direktif adalah adanya permintaan penutur kepada mitra tutur untuk melakukan tindakan tertentu atau sebaliknya, larangan penutur kepada mitra tutur untuk tidak melakukan tindakan tertentu. Sementara itu, sifat prospektif tindak tutur direktif ini adalah permintaan penutur kepada mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan setelah penutur menuturkan sesuatu yang mengandung permintaan. Dengan demikian, tindak tutur direktif ini tidak bisa mengandung permintaan untuk melakukan suatu perbuatan sebelum dituturkannya sesuatu yang mengandung permintaan.

Menurut Searle (1969:23) dan Leech (1993:104-107) ragam tindak tutur direktif meliputi tindak memerintah (commands), memohon (requests), memberi saran (suggestions), dan memberi ijin (permissions). Dengan demikian, secara pragmatik tindak tutur direktif mencakup maksud perintah, permohonan, pemberian saran, dan pemberian ijin.

Bentuk tindak tutur direktif itu mendasarkan pada konteksnya dapat memiliki empat fungsi, yakni (1) fungsi kompetitif (competitive), (2) fungsi bertentangan (conflictive), (3) fungsi membuat nyaman (convenient), dan (4) fungsi bekerja sama (collaborative). Fungsi kompetitif (competitive) berupa persaingan dengan tujuan sosial, fungsi konfliktif (conflictive) berupa pertentangan dengan tujuan sosial, dan fungsi menyenangkan (convenient) berupa penilaian positif dengan tujuan sosial. Sementara itu, fungsi bekerjasama (collaborative) berupa pemeliharaan keseimbangan dan keharmonisan perilaku interaksi dalam konteks sosial budaya tertentu.

Ekspresi tindak tutur direktif merupakan realisasi sikap penutur terhadap tindakan prospektif mitra tutur dan kehendak penutur terhadap tindakan mitra tutur. Dengan demikian, tindak ini merupakan jenis tindak tutur yang dilakukan oleh penutur untuk membuat mitra tutur melakukan sesuatu baik berfungsi sebagai pengatur tingkah laku maupun sebagai pengontrol mitra tutur dalam bertindak. Hubungan antara prospek dan kehendak penutur dengan pengatur dan pengontrol mitra tutur inilah yang kemudian menjadi dasar sebuah tindak tutur direktif itu dapat mengemban fungsi membuat nyaman, bekerjasama, kompetitif atau pun bertentangan. Dalam penelitian ini yang menjadi dasar acuan adalah tuturan direktif guru kepada siswa pada saat melaksanakan KBM di kelas dan dalam situasi ujaran yang formal.

Lebih lanjut, Kreidler (1998: 183-194) membagi tiga jenis tuturan direktif menjadi tiga, yakni (1) perintah (commands), (2) permintaan (requests), dan (3) saran (suggestions). Sebuah perintah (commands) dimungkinkan jika penutur memiliki kemampuan untuk mengontrol kepada mitra tutur. Verba yang terdapat pada tuturan ini adalah: memerintah, mengharuskan, tidak memperbolehkan, dan sebagainya. Sementara itu, permintaan (requests) adalah bentuk tuturan yang menyatakan penutur “ingin” agar mitra tutur melakukan tindakan yang diinginkan. Verba yang menyatakan permintaan diantaranya: memohon, mengharap, menginginkan, menghendaki, dan sebagainya. Selanjutnya, saran (suggestions) adalah tuturan yang dibuat penutur berisi saran atau pendapat atau meminta orang lain memberi pendapat atau saran tentang sesuatu untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Verba yang termasuk saran diantaranya: menasihati, menyampaikan pendapat atau saran, menyarankan, merekomendasikan, mengingatkan, dan sebagainya.

Dalam interaksi komunikasi suatu percakapan dapat berlangsung efektif manakala antara penutur dan mitra tutur memiliki latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang sama terhadap sesuatu yang dipertuturkan. Penutur dan mitra tutur memiliki kesepakatan bersama yang antara lain berupa kontrak yang tidak tertulis bahwa ihwal yang dibicarakan itu saling berhubungan. Realisasi adanya hubungan itu dibuktikan dengan mematuhi dua prinsip utama dalam komunikasi, yakni (a) prinsip kerja sama, dan (b) prinsip kesantunan dalam bertutur.

Grice (1981:46-53) menyatakan bahwa dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama dalam berkomunikasi, penutur harus mematuhi empat maksim, yaitu: (a) maksim kuantitas (maxim of quantity), artinya, sampaikan informasi Anda seinformatif mungkin sesuai dengan keperluan dan bicaralah seperlunya saja atau jangan berlebihan; (b) maksim kualitas (maxim of quality), yaitu, berikan informasi yang benar, jangan katakan sesuatu yang Anda tidak tahu benar, dan jangan katakan sesuatu yang tidak punya bukti yang cukup; (c) maksim hubungan (maxim of relations), yakni, katakan yang relevan dan bicaralah sesuai dengan permasalahan; dan (d) maksim cara (maxim of manner), adalah katakan dengan jelas, hindari ambiguitas, serta bicaralah secara singkat dan padat.

Fungsi utama dari prinsip kerja sama dalam bertutur ini adalah agar penutur dalam bertindak tutur direktif bisa berjalan efektif dan efisien. Efektif maksudnya melakukan pertuturan dengan benar, dan efisien berarti dapat merealisasikan tindak tutur direktif menjadi seinformatif mungkin.

Berkaitan dengan kesantunan, secara ringkas Lakoff (1975) berpendapat bahwa terdapat tiga kaidah yang harus dipatuhi agar tuturan memiliki ciri santun. Ketiga kaidah itu adalah (1) formalitas (formality), (2) ketidaktegasan (hesitancy), dan (3) kesamaan atau kesekawanan (equality). Leech (1993) mendasarkan pada fungsi bahasa, yakni fungsi ideasional, interpersonal, dan tekstual, menyatakan bahwa dalam studi pragmatik membedakan menjadi pragmatik interpersonal dan pragmatik tekstual. Sedikit berbeda dengan teori face threatening act, teori retorika interpersonal Leech (1993) tidak hanya memusatkan perhatian pada lawan tutur (other) di dalam beberapa maksimnya juga mempertimbangkan diri sendiri (self). Keith Allan (1986) mengungkapkan bahwa bertutur adalah kegiatan yang berdimensi sosial. Seperti halnya kegiatan sosial lain, kegiatan bertutur dapat berlangsung dengan baik apabila para peserta (penutur dan mitra tutur) terlibat aktif di dalam proses bertutur. Pandangan kesantunan Brown dan Levinson (1987) yang kemudian dikenal dengan pandangan ‘penyelamatan muka’ (face-saving). Pandangan ini mendasarkan asumsi pokok pada aliran Weber yang memandang komunikasi sebagai kegiatan rasional yang mengandung maksud dan sifat tertentu (purposeful-rational activity). Pandangan kesantunan ini juga didasari oleh konsep muka yang dikembangkan Erving Goffman, yakni kesantunan atau penyelamatan muka itu merupakan manifestasi penghargaan terhadap individu anggota suatu masyarakat. Anggota masyarakat sosial umumnya memiliki dua macam jenis muka, yakni (1) muka negative (negative face) yang menunjuk kepada keinginan untuk menentukan sendiri (self-determinating) dan (2) muka positif (positive face) yang menunjuk kepada keinginan yang disetujui (being approved)

Dari berbagai teori kesantunan di atas, Jumanto (2011:137) menyatakan hubungan antara kesantunan dan persahabatan terkait erat dengan tipe petutur Brown dan Gilman (1968) dan juga bentuk tuturan yang formal atau informal, yang langsung (atau literer) atau tidak langsung (non-literer). Dalam pemikiran filsafat linguistik, kesantunan dapat dilihat sebagai genus yang terdiri dari dua spesies atau varian, yaitu: kesantunan dan persahabatan. Varian kesantunan mengacu ke muka negatif Goffman atau strategi jarak sosial (distancing) Lakoff atau strategi kesantunan negatif Brown dan Levinson. Varian persahabatan atau keakraban mengacu ke muka positif Goffman atau strategi persahabatan (camaraderie) Lakoff atau strategi kesantunan positif Brown dan Levinson. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Renkema (1993) yang menyebut kesantunan sebagai kesantunan respek (respect politeness), dan persahabatan sebagai kesantunan solidaritas (solidarity politeness).

Lebih lanjut, Jumanto (2011) menyatakan bahwa kecenderungan elaborasi bentuk tuturan dari kedua varian kesantunan ini juga berbeda. Varian kesantunan yang mengacu ke komunikasi dengan petutur yang tidak akrab cenderung menggunakan bentuk tuturan yang lebih formal atau tuturan yang tidak langsung, karena adanya jarak sosial antara penutur dan petutur. Sementara itu, varian persahabatan cenderung mengelaborasi bentuk tuturan yang informal dan bahkan tuturan yang langsung, karena adanya keakraban atau kedekatan antara penutur dan petutur.

3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian dasar (basic research) dengan memfokuskan pada penelitian deskriptif kualitatif yang lebih menekankan pada aspek proses dan makna. Adapun strategi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal, karena peneliti mengarahkan pada satu karakteristik.. Secara khusus, strategi penelitian ini menggunakan penelitian terpancang, yakni peneliti telah memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus utama penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Ponorogo pada tahun pelajaran 2010/2011. Lokasi penelitian ini di pilih dengan mempertimbangkan pada status sekolah yakni, sekolah yang telah di tunjuk oleh Direktorat Jenderal Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan Nasional sebagai sekolah penerima program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (R-SBI).

Objek penelitian ini adalah tindak tutur direktif guru SMA laki-laki dan perempuan dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas XI dan XII. Pemilihan objek penelitian tersebut mendasarkan pada kesamaan karakteristik guru yang mengajar di SMA Negeri 1 dan SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pada kelas XI dan XII program ilmu alam dan ilmu sosial. Adapun guru bidang studi yang menjadi objek penelitian ini adalah (1) guru laki-laki dan perempuan bidang studi Fisika, Kimia, Biologi untuk kelas program ilmu alam dan (2) guru bidang studi  Ekonomi, Geografi, Sosiologi, untuk kelas program ilmu sosial.

Teknik penentuan sumber data penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling (Herbert Rubin, 1995:71) atau oleh Goetz Le Compte  dinamakan sebagai criterion based selection, yakni penentuan sumber data dengan tujuan untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan lengkap (dalam Sutopo, 2002: 54).

Sumber data dalam penelitian ini adalah peristiwa tutur dalam tuturan direktif guru pada KBM di kelas XI dan XII program ilmu alam dan ilmu sosial di SMA Negeri  dan SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo.

Data primer dalam penelitian ini berbentuk tuturan beserta konteksnya tentang tindak tutur direktif secara lisan dan langsung serta wajar, baik oleh guru laki-laki maupun perempuan dalam KBM di kelas XI dan XII program ilmu alam dan ilmu sosial bidang studi (1) Fisika, Kimia, Biologi untuk kelas program ilmu alam dan (2) Ekonomi, Geografi, Sosiologi.

Teknik penyediaan data (pengumpulan data) utama dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik simak, rekam, catat dan pengamatan berpartisipasi atau pengamatan terlibat pasif (Sudaryanto, 1993). Sementara itu, peneliti juga menggunakan teknik kerjasama dengan informan (Subroto, 1991:4) atau teknik wawancara mendalam (in depth interviewing) (Sutopo, 1996).

Untuk memberikan data yang komprehensif peneliti juga melakukan teknik simak dan catat (Edi Subroto, 2007), yakni peneliti menyimak informasi dan peristiwa tutur guru dalam KBM di kelas. Peneliti melakukan pencatatan terhadap data yang relevan dan sesuai dengan rumusan masalah.Teknik pemeriksaan keabsahan data melalui teknik triangulasi, yaitu: (1) sumber data; (2) metode, dan (3) review informan.

4. Hasil dan Pembahasan

Bentuk TTD guru SMA dalam KBM di kelas dikelompokkan menjadi tiga kategori. Ketiga kategori tersebut dikelompokkan menurut tipenya menjadi delapan belas tipe TTD guru dalam KBM di kelas. Pengelompokan ini kemudian dinamai sebagai derajat kedirektifan tindak tutur. Di mulai dari direktif yang paling rendah yaitu tindak tutur direktif yang pilihan bertindaknya ada pada mitra tutur (murid) sampai dengan derajat direktif yang paling tinggi, yaitu tindak tutur direktif yang sudah tidak lagi memberikan pilihan bagi mitra tutur (murid) untuk melakukan sesuatu atau tidak boleh melakukan sesuatu sama sekali.

Dasar pengelompokan kategori TTD guru dalam KBM di kelas menjadi tiga dan tipe TTD menjadi delapan belas adalah pada pertimbangan: (1) derajat kadar persamaan atau hampir sama maksud tuturannya, (2) derajat ada-tidaknya pilihan bagi mitra tutur (murid) untuk bertindak atau melakukan sesuatu berdasarkan keinginan penutur (guru), dan (3) derajat kelangsungan atau ketidaklangsungan maksud tuturannya.Sebagaimana ditampilkan pada tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11 Realisasi Bentuk TTD Guru SMA dalam KBM di Kelas

   Berdasarkan Perwujudan Kategori dan Tipe TTD.

KATEGORI

TIPE

FRK

% /

Ktgri

% /Tipe

PERINTAH (Commands)

Memerintah

15

22,72%

8,57%

Memperingatkan

14

21,21%

8%

Menyuruh

10

15,15%

5,71%

Menegur

9

13,63%

5,14%

Melarang

8

12,12%

4,57%

Mendesak

6

9,09%

3,42%

Mengharuskan

4

6,06%

2,28%

Jumlah

66

100%

37,71%

PERMINTAAN

(Requests)

Meminta

21

34,42%

12%

Memohon

12

19,67%

6,85%

Mengharap

11

18,03%

6,28%

Menghimbau

9

14,75%

5,14%

Mengajak

8

13,11%

4,57%

Jumlah

61

100%

34,85%

SARAN

(suggestions)

Mendorong

9

18,75%

5,14%

Menyarankan

9

18,75%

5,14%

Menganjurkan

8

16,66%

4,57%

Mempersilakan

8

16,66%

4,57%

Menasehati

8

16,66%

4,57%

Menawarkan

6

12,5%

3,42%

Jumlah

48

100%

25,29%

175

100%

100%

Dalam  penelitian ini, strategi bertutur guru SMA dalam KBM di kelas menunjukkan bahwa guru laki-laki yang memanfaatkan strategi langsung sebanyak 69 buah TTD atau 69%, sedangkan yang menggunakan strategi tidak langsung sebanyak 31 buah atau 31%. Sementara itu, guru perempuan yang menggunakan strategi langsung sebanyak 59 buah atau 78,66 %, sedangkan yang memilih menggunakan strategi tidak langsung sebanyak 16 buah atau 21,33%.

Secara keseluruhan pemakaian strategi langsung yang digunakan oleh guru SMA dalam KBM di kelas sebanyak 128 buah atau 73,14%, sedangkan pemakaian strategi tidak langsung sebanyak 47 buah atau 26,85%. Temuan ini menunjukkan bahwa guru SMA dalam KBM di kelas lebih banyak menggunakan TTD dengan cara-cara langsung daripada cara-cara tidak langsung. Ini artinya, cara-cara guru untuk menyatakan perintah, permintaan, saran, dan tipe-tipe sejenisnya ditandai oleh terdapatnya bentuk yang sama dengan memerintah, meminta, menyarankan, dan seterusnya.

Realisasi TTD guru perempuan SMA dalam KBM di kelas dengan menggunakan teknik literal sebanyak 61 buah atau 81,33%, sedangkan yang mengunakan teknik tidak literal sebanyak 14 buah atau 18,66%. Sementara itu, realisasi TTD  guru laki-laki yang menggunakan teknik literal sebanyak 72 buah TTD atau 72%, sedangkan dengan teknik tidak literal sebanyak 28 buah atau 28%.

Secara keseluruhan pemakaian teknik bertutur direktif guru SMA  dalam KBM di kelas dengan menggunakan teknik literal sebanyak 133 buah atau 76%, sedangkan yang menggunakan teknik bertutur non literal sebanyak 42 buah atau 24%. Temuan ini menggambarkan bahwa teknik literal dalam bertindak tutur direktif lebih besar digunakan dalam KBM di kelas dari pada teknik tidak literal. Hal ini berarti bahwa TTD yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk meminta, memerintah, memohon, menganjurkan, menasihati, mempersilakan dan sejenisnya kepada murid dikemukakan secara lugas, langsung, jelas, terus terang dan tidak berbelit-belit.

a. Realisasi TTD dalam kaitannya dengan Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesantunan dengan Perspektif Gender

Realisasi bentuk TTD guru dalam KBM di kelas dalam kaitannya dengan Prinsip Kerjasama berdasarkan pada Prinsip Kerja Sama Grice tercermin melalui pemenuhan pada maksim kuantitas, kualitas, relevansi, dan cara.

Maksim kuantitas (‘bicaralah secukupnya’) diwujudkan melalui tuturan yang mengandung (a) kejelasan direktif yang dituju dan (b) ketersedian informasi direktif yang ada. Melalui penerapan maksim kuantitas ini guru dalam KBM di kelas pada dasarnya memiliki sikap yang jelas dan memiliki informasi yang memadai dalam mengelola pembelajaran. Guru memiliki kelebihan informasi di banding dengan murid.

Maksim kualitas (‘bicaralah yang jujur’) menunjukkan bahwa guru dalam KBM di kelas menyakini informasi yang disampaikan kepada murid adalah informasi yang mengandung ilmu pengetahuan dan memiliki kebenaran serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, berdasarkan fakta dan data.

Maksim hubungan (‘bicaralah yang relevan’) adalah diwujudkan guru agar dapat menerapkan fungsi kolaboratif dengan murid dalam KBM di kelas. Guru lebih mementingkan informasi yang terkait dengan kebutuhan pembelajaran siswa. Hubungan timbal balik guru dan siswa selalu di jaga agar tercipata suasana pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan.

Maksim cara (‘bicaralah yang singkat dan jelas’) ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan KBM di kelas melalui penyampaian ilmu pengetahuan secara runtut, jelas dan mudah di terima oleh siswa. Melalui tuturan ini diharapkan siswa lebih mudah memahami dan menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru.

Selanjutnya, realisasi Prinsip Kesantunan berdasarkan pada teori kesantunan Geofrey Leech adalah; bidal ketimbangrasaan, bidal kemurahhatian, bidal pujian, bidal kesepakatan, bidal simpati, dan bidal pertimbangan.

Penerapan bidal ketimbangrasaan dimaksudkan oleh guru untuk menempatkan fungsi membuat nyaman (convenient) melalui TTD di kelas. Penerapan bidal kemurahhatian dimaksudkan oleh  guru untuk menciptakan suasana hubungan yang harmonis dan menghindari fungsi konfliktif melalui TTD di kelas.

Penerapan bidal pujian dimaksudkan oleh guru untuk memberikan motivasi kepada murid agar dalam KBM di kelas menjaga nilai-nilai keilmuan yang menjadi ciri khas dari sebuah lembaga pendidikan. Penerapan bidal kerendahan hati dimaksudkan oleh guru sebagai usaha menciptakan suasana yang nyaman dan menjalin hubungan yang akrab dengan murid-muridnya. Melalui tuturan yang cenderung memenuhi prinsip kerendahan hati ini murid-murid akan memberikan penghormatan dan kepatuhan yang tulus kepada guru dalam KBM di kelas.

Penerapan bidal kesepakatan dimaksudkan oleh guru untuk menerapkan fungsi kolaboratif melalui TTD di kelas. Keterlibatan guru dalam melaksanakan fungsi kolaboratif ini ditandai dengan kebersamaan dalam setiap kegiatan yang harus dilaksanakan oleh murid dalam proses KBM di kelas. Kebersamaan yang dimaksud di sini adalah kebersamaan dalam menciptakan suasana pembelajaran yang aman, nyaman dan menyenangkan.

Penerapan bidal simpati ini dimaksudkan oleh guru untuk menjalankan fungsi guru sebagai pendidik. Fungsi guru sebagai pendidik adalah seorang guru harus mengasah, mengasih dan mengasuh murid-muridnya dengan penuh rasa kasih sayang, tidak membeda-bedakan, dan menjaga sikap demokratis dalam KBM di kelas.

Penerapan bidal pertimbangan oleh guru dimaksudkan agar sosok guru sebagai tokoh dapat dijadikan salah satu sumber belajar dan menjadi inspirasi dari murid. Di samping itu sosok guru agar dapat memberikan pertimbangan contoh teladan yang baik bagi murid. Dalam setiap tindakan guru melalui tuturan direktifnya, guru berusaha untuk tidak grusa-grusu atau tergesa-gesa dalam menjatuhkan keputusan tentang segala sesuatu kepada murid-murid. Setiap tindakan guru selalu memiliki pertimbangan yang matang, terukur dan menjaga agar KBM di kelas berjalan tertib, lancar dan berhasil. Guru juga harus selalu berusaha mempertimbangkan kepentingan siswa agar proses KBM di kelas dapat berjalan efektif.

b. Perbedaan Bentuk, Realisasi Fungsi dan Makna TTD guru SMA dalam KBM di kelas menurut Perspektif Gender

Perbedaan bentuk TTD guru SMA dalam KBM di kelas secara umum didominasi oleh TTD kategori permintaan (requests) yang bertipe meminta. Sementara itu, frekuensi pemakaian TTD yang paling rendah adalah TTD berkategori perintah (commands) yang bertipe mengharuskan. Jika di lihat dari perbedaan umum TTD guru laki-laki dan perempuan maka tampak bahwa guru perempuan dalam penggunaan kategori perintahlebih rendah dibandingkan dengan penggunaan pada guru laki-laki. Penggunaan TTD oleh guru perempuan pada kategori permintaan (requests) cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan guru laki-laki. Sementara itu, penggunaan TTD oleh guru perempuan pada kategori saran (suggestions) lebih tinggi dari guru laki-laki.

Implikasi dari perbedaan itu menunjukkan pada perbedaan kadar pragmatik yang hendak dituju. Kecenderungan ini membuktikan pula bahwa guru perempuan lebih banyak bersikap akomodatif, menghindari konfrontatif dan berusaha persuasif dalam bertutur pada saat melaksanakan KBM di kelas. Sementara itu, guru laki-laki secara umum menunjukkan sikap tegas dan cenderung berpotensi konfrontatif. Oleh karenanya, kadar pragmatik yang dituju guru laki-laki dalam bertindak tutur direktif bersifat deskrit dan pasti daripada yang hendak dituju oleh guru perempuan.

Dalam kaitannya dengan realisasi prinsip kerjasama dan kesantunan tampak pula ada kecenderungan perbedaan. Realisasi prinsip kerjasama TTD yang mendasarkan pada teori Grice terkait dengan keempat maksim tampak bahwa ada perbedaan frekuensi pemakaiannya. Guru perempuan dan laki-laki memiliki kecenderungan yang sama-sama tinggi pada pemakaian maksim kuantitas dan kualitas, sedangkan pada maksim relevansi guru perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pemakaian pada guru laki-laki. Sebalikanya, pada pemakaian maksim cara, guru perempuan cenderung lebih rendah/ sedikit dibandingkan dengan guru laki-laki.

Penelitian ini juga menggunakan teori Leech tentang tujuh bidal kesantunan. Perbedaan realisasi prinsip kesantunan TTD guru laki-laki dan perempuan tampak pada pemakaian di masing-masing bidal dari ketujuh bidal yang ada. Prinsip kesantunan yang paling tinggi/ sering dimanfaatkan guru dalam TTD pada KBM di kelas baik oleh guru laki-laki maupun guru perempuan adalah bidal kemurahatian. Sementara itu, bidal kesantunan yang tingkat pemakaiannya paling sedikit adalah bidal pujian. Kecenderungan pemakaian bidal kemurahatian antara guru laki-laki dan perempuan adalah cenderung lebih tinggi/ sering dipakai oleh guru perempuan dibanding guru laki-laki. Bidal ketimbangrasaan cenderung lebih tinggi/ sering dipakai oleh guru laki-laki dibandingkan guru perempuan. Bidal kerendahhatian cenderung lebih tinggi/ sering dipakai oleh guru perempuan dari pada guru laki-laki. Bidal kesepakatan cenderung lebih tinggi/ sering dipakai oleh guru laki-laki dari pada guru perempuan. Bidal simpati dan pujian memiliki kecenderungan yang sama baik dipakai oleh guru laki-laki maupun perempuan. Sementara itu, bidal pertimbangan cenderung lebih tinggi/ sering dipakai oleh guru perempuan daripada guru laki-laki.

Implikasi dari perbedaan kecenderungan ini adalah kadar pragmatik yang dikembangkan oleh guru dalam proses KBM di kelas melalui tuturan direktif tampaknya guru memilih sikap timbang rasa, menjaga perasaan, memberikan ketulusan, kesetiaan dan kemurahan hati dalam membimbing murid-muridnya. Guru menempatkan posisi sebagai salah satu figur panutan dalam bersikap dan bertindak. Guru memerankan fungsi saling asah, asih dan asuh terhadap murid-muridnya. Hubungan yang harmonis antara guru dan murid memungkinkan terciptanya tujuan atau maksud yang hendak disampaikan oleh guru dengan mengutamakan nilai-nilai kemuliaan, penghormatan dan kesantunan.

c. Bentuk Tindak Tutur Direktif Guru dalam KBM di Kelas

Temuan penting terkait dengan bentuk TTD dan fungsi-fungsinya dapat diidentifikasikan melalui tabel 7.1 sebagai berikut:

Tabel 7.1Temuan Bentuk dan Fungsi Tindak Tutur Direktif Guru

dalam KBM di kelas di SMA Kabupaten Ponorogo

No

Bentuk TTD/ Kategori dan Tipe

Fungsi

1

Memerintah (commands),  dengan tipenya (1) memerintah, (2) mengharuskan, (3) memperingatkan, (4) menegur, (5) melarang, (6) menyuruh, dan (7) mendesak

(1)       Menarik atau menunjukkan perhatian pada topik pembelajaran

(2)       Mendefinisikan topik pembelajaran

(3)       Menspesifkasi topik pembelajaran

2

Meminta (requests), dengan tipenya (1) memohon, (2) mengharap, (3) meminta, (4) menghimbau, dan (5) mengajak.

(1)       Mengontrol jumlah percakapan di kelas

(2)       Mengedit tuturan

(3)       Membenarkan jawaban murid

3

Menyarankan (suggestions), dengan tipenya (1) menasehati, (2) menganjurkan, (3) menawarkan, (4) mendorong, (5) mempersilakan, dan (6) menyarankan.

(1)       Meringkas topik pembelajaran

(2)       Mengecek pemahaman siswa

Berdasarkan tabel 7.1 bentuk dan fungsi tindak tutur direktif kategori memerintah (commands) dan tipe-tipenya dimaksudkan oleh guru untuk memerintah siswa agar  memberikan perhatian dan keterlibatan aktif  dalam mengikuti pembelajaran. Bentuk dan fungsi tindak tutur direktif kategori meminta (requests) dan tipe-tipenya dimaksudkan oleh guru untuk meminta siswa agar mengerjakan tugas  pembelajaran  sesuai dengan topik pembelajaran dan memotivasi siswa agar belajar secara aktif. Bentuk dan fungsi tindak tutur direktif  kategori saran (suggestions) dimaksudkan oleh guru untuk menyarankan siswa mengecek pemahaman dan penguasaan materi yang telah diberikan oleh guru.

Klasifikasi TTD guru dalam KBM di kelas dikaitkan dengan (1) bentuk tuturan direktif dan sub jenisnya/ tipe, (2) pemarkah tuturan direktif, (3) penanda konteks tuturan direktif, (4) maksud tuturan direktif, dan (5) implikatur dan daya pragmatik sebagaimana ditampilkan pada tabel 7.2, 7.3 dan 7.4.

Tabel 7.2. Klasifikasi TTD Guru Berdasarkan Pemarkah Formal, Konteks, Maksud dan

 Implikatur Daya Pragmatik Kategori Memerintah (Commands)

Bentuk /tipe

Pemarkah TTD

Penanda Konteks TTD

Maksud TTD

Implikatur daya pragmatik

Memerintah (commands)

dengan tipenya (1) memerintah, (2) mengharuskan, (3) memperingatkan, (4) menegur, (5) melarang, (6) menyuruh, dan (7) mendesak

§ Modalitas harus+Vp

§  Tekanan ‘ya’, ‘tanya

§  Urutan kata

§  Vp eksplisit

§  Vp implisit ‘harap

§  Zero

§ Penanda    seru:

Jangan!, Ingat!, pokoknya, sudah dibaca! Tapi ingat! Sudah paham!, diam!, kok ramai!

Dituturkan oleh guru laki-laki dan perempuan pada kegiatan awal, inti dan akhir  KBM di kelas  XI dan XII program ilmu alam dan sosial.

Konteks terjadi pada situasi formal dan informal di kelas.

Perintah guru kepada siswa untuk memberikan perhatian dan keterlibatan aktif siswa dalam mengikuti pembelajar-an

Memerintah siswa  untuk melakukan sesuatu tanpa memberikan pilihan apapun terkait dengan kehendak yang dimaksudkan oleh guru kepada siswa

Berdasarkan penelitian ini bentuk TTD perintah (commands) sangat dominan digunakan oleh guru dalam KBM di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam bertindak tutur di kelas lebih mengutamakan fungsi bekerjasama (collaborative) yang berupa pemeliharaan keseimbangan dan keharmonisan perilaku interaksi dalam konteks sosial budaya tertentu, yakni dalam interaksi guru-siswa dalam konteks KBM di kelas. Fungsi ini sejalan dengan temuan bahwa guru lebih suka menggunakan strategi bertutur secara langsung dan teknik bertutur literal dalam KBM di kelas. Di samping itu, temuan ini sejalan dengan temuan bahwa guru dalam melakukan TTD cenderung lebih banyak mempertimbangkan konteks situasi informal daripada situasi formal. Pertimbangan ini didasarkan pada adanya usaha guru untuk membangun keakraban dengan siswa.

Selanjutnya, temuan tentang TTD kategori meminta (requests) dengan tipe-tipenya pada tabel 7.3 dinyatakan bahwa terdapat pilihan tindakan yang diberikan guru kepada murid. Dari skala kedirektifan temuan dalam penelitian ini TTD permintaan (requests) memberikan kesempatan untuk memilih tindakan yang akan dilakukan oleh mitra tutur (siswa) terhadap kehendak yang dimaksudkan oleh guru. Dengan demikian guru menerapkan fungsi membuat nyaman (convenient) berupa penilaian positif dengan tujuan sosial. Penilaian positif disini maksudnya adalah menganggap siswa memiliki potensi untuk terlibat aktif, bertanya, menjawab dan bersikap berdasarkan pandangannya sesuai dengan kaidah ilmiah pendidikan. Tradisi keilmuan yang ada pada kelas, hubungan guru dengan murid memerlukan suasana yang kondusif, aman, nyaman dan menyenangkan. Tumbuhnya semangat dan motivasi belajar pada siswa biasanya dipengaruhi pula oleh keterbukaan dan sikap kreatif guru dalam ikut menciptakan suasana tersebut di atas.

Tabel 7.3. Klasifikasi TTD Guru Berdasarkan Pemarkah Formal, Konteks, Maksud dan

Implikatur Daya Pragmatik Kategori Permintaan (Requests)

Bentuk /tipe

Pemarkah TTD

Penanda Konteks TTD

Maksud TTD

Implikatur daya pragmatik

Meminta (requests)

Dengan tipenya (1) memohon,

(2)mengharap, (3) meminta,

(4) menghimbau, dan (5) mengajak.

§Modalitas mohon+Vp

§ Urutan kata

§ Vp eksplisit

§ Vp implisit ‘tolong

§ Tekanan ‘mari

§ Zero

§ Penanda seru/

Interjeksi:Lho, kok belum!, masak nggak bisa!, bisa kan!, nah...ingat!, mari..., mudah-mudahan...

Dituturkan oleh guru laki-laki dan perempuan pada kegiatan awal, inti dan akhir  KBM di kelas  XI dan XII program ilmu alam dan sosial.

Konteks terjadi pada situasi formal dan informal di kelas.

Permintaan guru kepada siswa mengerjakan tugas  pembelajaran sesuai dengan topik pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar aktif.

Meminta siswa untuk melakukan sesuatu dengan memberikan beberapa pilihan terkait dengan kehendak yang dimaksudkan oleh guru kepada siswa

Sementara itu, temuan tentang TTD kategori saran (suggestions) dalam penelitian ini seperti tampak pada tabel 7.4. cenderung memberikan skala kelangsungan TTD guru kepada siswa. TTD saran (suggestions) memberikan peluang yang besar kepada siswa untuk memilih tindakan apa yang akan dilakukan terhadap kehendak yang dimaksudkan oleh guru. Dari temuan ini guru tampaknya menerapkan fungsi  kompetitif (competitive) berupa persaingan dengan tujuan sosial. Persaingan yang dimaksud disini adalah peluang atau kesempatan yang diberikan seluas-luasnya oleh guru kepada siswa untuk memilih dan memanfaatkan tindakan apa yang akan dilakukan. Prospek tindakan ini akan menentukan hasil baik, maksimal atau mungkin sebaliknya, buruk dan sangat minimal yang diterima siswa. Fungsi kompetitif ini bertujuan untuk membangun motivasi, kesadaran, dan kemandirian siswa dalam meningkatkkan potensi dirinya.

Tabel 7.4. Klasifikasi TTD Guru Berdasarkan Pemarkah Formal, Konteks, Maksud dan Implikatur Daya Pragmatik Kategori Saran (Suggestions)

Bentuk /tipe

Pemarkah TTD

Penanda Konteks TTD

Maksud TTD

Implikatur daya pragmatik

Menyarankan (suggestions)

dengan tipenya (1) menasehati, (2) menganjurkan, (3) menawarkan, (4) mendorong, (5) mempersilakan, dan (6) menyarankan

§ Modalitas coba+Vp

§ Tekanan ‘ nah

§ Urutan kata

§ Vp eksplisit

§ Vp implisit

§ Zero

§ Penanda seru

Demi..., tapi ingat!, silahkan!.. atau..., mestinya..., sebaiknya..., monggo..., jadi... nah...

Dituturkan oleh guru laki-laki dan perempuan pada kegiatan awal, inti dan akhir  KBM di kelas XI dan XII program ilmu alam dan sosial.

Konteks terjadi pada situasi formal dan informal di kelas.

saran guru kepada siswa untuk mengecek pemahaman dan penguasan materi yang telah diberikan oleh guru

Menyarankan siswa untuk melakukan sesuatu dengan memberikan banyak pilihan untuk bertindak terkait dengan kehendak yang dimaksudkan oleh guru kepada siswa

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan : (1) TTD kategori memerintah (commands) dan tipe-tipenya memiliki implikatur dan daya pragmatik berupa melakukan sesuatu tindakan dengan tanpa memberikan pilihan apapun terkait dengan kehendak yang dimaksudkan oleh guru kepada siswa. Guru melalui TTD kategori dan tipe ini menerapkan fungsi bekerjasama (collaborative), (2) TTD kategori meminta (asks) dan tipe-tipenya memiliki implikatur dan daya pragmatik berupa melakukan sesuatu dengan memberikan beberapa pilihan terkait dengan kehendak yang dimaksudkan oleh guru kepada siswa. Guru melalui TTD kategori dan tipe ini menerapkan fungsi membuat nyaman (convenient), dan (3) TTD kategori saran (suggestions) dan tipe-tipenya memiliki implikatur daya pragmatik berupa melakukan sesuatu dengan memberikan banyak pilihan untuk bertindak terkait dengan kehendak yang dimaksudkan oleh guru kepada siswa. Guru melalui TTD kategori dan tipe ini menerapkan fungsi kompetitif (competitive).

Bentuk TTD guru dalam KBM di kelas lebih terarah, terstruktur, cenderung langsung dan literal karena adanya panduan dalam berkomunikasi yang berbentuk RPP. Sementara itu, bentuk TTD pejabat dalam PRD lebih bersifat umum, tentantif, tidak langsung dan non literal karena adanya norma dan status sosial serta konteks yang dinamis.

Beberapa data menunjukkan ada varian yang mempertimbangkan konteks informal. Pemakaian bentuk informal seperti ‘nggak, kan, kok,  okay, eh,... yo tho... dan seterusnya. Kecenderungan pemakaian alih kode dan campur kode berimplikasi pada kecenderungan guru yang memposisikan mitra tutur (siswa) sebagai subordinat akrab dan lebih memilih solidaritas daripada kuasa.

Temuan ini menunjukkan tingkat keakraban guru pada siswa tampak nyata. Selain guru harus keras, tegas, dan berkuasa, ia juga harus selalu lembut, penuh pengertian dan akrab dengan siswa-siswanya yang ditunjukkan lewat pemakaian bahasa.

Secara ringkas realisasi  fungsi dan makna dari prinsip kerjasama ini dapat ditampilkan pada tabel 7.5 berikut.

Tabel 7.5 Realisasi Fungsi dan Makna terkait Prinsip Kerjasama

 pada TTD Guru dalam KBM di Kelas

No

Maksim

Fungsi

Makna

1.

Kualitas

Memberikan informasi seakurat mungkin kepada siswa.

Guru dan siswa menyadari informasi yang berkualitas.

2.

Kuantitas

Memberikan informasi secara memadai kepada siswa.

Guru dan siswa menguasai informasi yang cukup.

3.

Hubungan

Memberikan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan siswa.

Guru dan siswa mengerti informasi yang dibutuhkan.

4.

Cara

Memberikan informasi secara tepat, ringkas dan runtut kepada siswa.

Guru dan siswa memahami informasi secara jelas.

Berdasarkan tabel 7.5 dapat diketahui bahwa maksim kualitas berfungsi memberikan informasi seakurat mungkin kepada siswa. Penyampaian informasi oleh guru melalui TTD dimaksudkan agar guru dan siswa dapat menyadari adanya informasi yang berkualitas. Maksim kuantitas berfungsi memberikan infomasi secara memadai kepada siswa. Informasi yang memadai dalam penyampaiannya dikemas melalui TTD guru dimaksudkan guru dan siswa dapat menguasai informasi yang cukup. Maksim hubungan berfungsi memberikan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan siswa. Penyampaian informasi melalui TTD ini dimaksudkan agar guru dan siswa mengerti dengan baik dan benar tentang informasi yang dibutuhkan. Maksim cara berfungsi memberikan informasi secara tepat, ringkas dan runtut kepada siswa. Penyampaian informasi melalui TTD ini dimaksudkan agar guru dan siswa memahami informasi secara jelas.

Temuan dalam penelitian ini yang terkait dengan prinsip kesantunan TTD guru dalam KBM di kelas relevan dengan temuan-temuan sebelumnya yakni temuan tentang bentuk, strategi dan teknik bertutur direktif guru dalam KBM di kelas. Bentuk TTD yang mengutamakan fungsi akomodatif, kolaboratif dan kompetitif mendorong munculnya tingkat kesantunan guru dalam bertutur direktif. Sesuai dengan konteks situasi yakni dalam suasana formal di kelas, hubungan guru dengan murid yang menjunjung norma keilmuan dan keilmiahan maka prinsip kesantunan ini dapat dipenuhi dan dapat direalisasikan dengan baik oleh guru melalui TTD nya.

5. Simpulan dan Saran

a. Simpulan

Butir-butir simpulan penting dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1).  Frekuensi kemunculan TTD dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni (1) perintah ( commands ), meliputi  tipe TTD memerintah, mengharuskan, memperingatkan, menegur, melarang, menyuruh, dan mendesak; (2) permintaan ( requests ), meliputi tipe TTD memohon, meminta, mengharap, mengajak, menghimbau, dan mendorong; (3) saran ( suggestions ), meliputi tipe TTD menasihati, menganjurkan, menyarankan, mempersilakan, dan menawarkan. Pengelompokan ini mendasarkan pada pertimbangan: (1) derajat kadar persamaan atau hampir sama maksud tuturannya, (2) derajat ada-tidaknya pilihan bagi mitra tutur (murid) untuk bertindak atau melakukan sesuatu berdasarkan keinginan penutur (guru), dan (3) derajat kelangsungan atau ketidaklangsungan maksud tuturannya.

2). Perbedaan umum TTD guru laki-laki dan perempuan maka tampak bahwa guru perempuan dalam pemakaian kategori perintah lebih rendah dibandingkan dengan pemakaian pada guru laki-laki. Pemakaian TTD guru perempuan pada kategori permintaan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan guru laki-laki. Sementara itu, pemakaian TTD guru perempuan pada kategori saran lebih tinggi dari guru laki-laki.

3).  Perbedaan realisasi fungsi TTD dalam kaitannya dengan prinsip kesantunan yang menggunakan teori kesantunan Brown dan Levinson terangkum dalam lima strategi tampaknya juga memiliki kecenderungan perbedaan antara guru laki-laki dan perempuan. Dari kelima strategi kesantunan yang paling tinggi dimanfaatkan oleh guru laki-laki dan perempuan adalah strategi bold on record dan positives politeness. Sementara itu, untuk pemakaian negative politeness guru perempuan lebih banyak menggunakannya dibanding dengan guru laki-laki.

b. Saran

Beberapa saran kebijakan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1). Kementerian Pendidikan Nasional

Guru cenderung menggunakan tuturan yang langsung, literal, memenuhi prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan. Dengan demikian, perlu ada pengembangan konsep dan panduan teknis tentang kompetensi komunikasi guru dalam pembelajaran di kelas. Di samping itu perlu pengembangan model-model pembelajaran sekolah ramah sosial, khususnya dalam praktik pendidikan karakter bangsa melalui pembiasaan di sekolah melalui usaha guru dalam membangun keakraban atau persahabatan dengan siswa.

2). Perguruan Tinggi Penyelenggara Tenaga pendidik (LPTK dan FKIP)

Penanda konteks situasi yang terdapat pada situasi KBM di kelas didominasi oleh TTD dalam bentuk tuturan informal, singkat, tidak lengkap, campur kode, dan pelesapan adalah dimaksudkan untuk membangun keakraban dengan siswa. Oleh karena itu, perlu sebuah panduan atau bahan ajar bagi mahasiswa calon guru di  FKIP atau  LPTK, khususnya pada mata kuliah Micro Teaching dan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)

6. Daftar Pustaka Acuan

Austin, J. L. (1962). How To Do Things With Words. Oxford: Oxford University Press.

Amy B.M.Tsui, (1995). Introducing Classroom Interaction. Serries Editors: Ronald Carter and David Nunan.  Pinguin English.

Alan, Keith. (1986). Linguistik Meaning. London: Routledge and Kegan Paul.

Brown, Penelope and Stephen C.Levinson, (1987). ‘Universals in language usage: Politeness phenomena’, dalam Esther N. Goody (ed) Questions and Politeness. Cambridge: Cambridge University Press.

Edi Subroto, D. (2007). Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Sala: LPP dan UNS Press.

Grice, H.P. (1981). Presupposition and Conversational Implicature. New York: Academica Press.

Jumanto, (2011). Pragmatik: Dunia Linguistik Tak Selebar Daun Kelor. Semarang: WorldPro Publishing.

Kreidler, (1998). Introducing English Semantics. New York: Routledge.

Leech, Geoffrey N, (1993). Prinsip-prinsip Pragmatik (edisi terjemahan). Jakarta: UI Press.

Searle.J.R. (1969). Speech Act: An Essay in the Philosophy of Language. Cambridge: Cambridge University Press.

Sudaryanto, (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sutopo H.B., (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

BIODATA  PENULIS

NAMA                                      : MULYANI, S.Pd.M.Hum.

(lengkap dengan Gelar*)

JENIS KELAMIN                            : LAKI-LAKI

ALAMAT RUMAH                           : RT 1 RW 3 GUPOLO BABADAN PONOROGO

                                                   JAWA TIMUR

NO. TLP RUMAH/ HP                    : 0352 463077   /   08123421822

e-mail                                                 : yani71_lingua@yahoo.co.id

JUDUL MAKALAH                       :  MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU  DI KELAS: STUDI EKSPLORATIF  KEBIJAKAN SEKOLAH RAMAH SOSIAL DI RSBI KABUPATEN PONOROGO

INSTANSI                                         :   Sekolah Menengah Atas MUHAMMADIYAH 1 PONOROGO

JABATAN                                         :   KEPALA SEKOLAH

ALAMAT INSTANSI                       : JL. BATORO KATONG NO. 6B PONOROGO

NO. TLP/ FAX                                  : 0352481521

ALAMAT PERSURATAN       : JL. BATORO KATONG NO. 6B PONOROGO JAWA TIMUR

Situs Pencarian Hotel Murah Terbaik Hotel.co.id Tahun 2023

Hotel.co.id situs cari hotel murah terbaik - Waktu bertandang ke sesuatu wilayah dalam rencana lawatan kerja atau berekreasi, salah satunya ...